Kedisiplinan Masyarakat Jadi Kunci, Pakar UGM Prediksi Pandemi di Indonesia Berakhir November 2020

20 Juli 2020, 12:30 WIB
ILUSTRASI Covid-19 /Ahmad Roni//PIXABAY

PR CIREBON - Pandemi Covid-19 yang disebabkan virus Corona jenis baru pada Senin, 20 Juli 2020 telah menyentuh angka lebih dari 14,6 juta di dunia.

Di Indonesia, kasus Covid-19 sendiri telah menyentuh angka lebih dari 86.000 kasus, melebihi kasus dari negara virus berasal, yaitu Tiongkok. 

Berkaitan dengan masifnya persebaran virus Corona di Indonesia, para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) memprediksi paling optimis pandemi Covid-19 berakhir di Indonesia padal awal November 2020.

Baca Juga: Merekam Aksi Menyiksa Kucing hingga Menggantung Anjing, Remaja Pengguna TikTok Ditangkap FBI

Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dedi Rosadi menyebutkan, berakhirnya pandemi Covid-19 tergantung pada kebijakan pemerintah dan kedisiplinan masyarakat.

"Kebijakan pemerintah dan kedisiplinan masyarakat terhadap protokol new normal adalah kunci untuk menghadang kenaikan rate penambahan pasien Covid-19," ujar Dedi dalam keterangan tertulis yang dikirim Humas UGM kepada wartawan, Senin, 20 Juli 2020, seperti dilaporkan Galamedia.

Dalam perhitungan prediksi yang dilakukan bersama rekannya alumni FMIPA UGM, Drs Joko Kristadi, MSi dan Dr Fidelis Diponegoro, S Si, MM, disebutkan bahwa berdasarkan tracking data terakhir dan menggunakan berbagai pendekatan pemodelan data-driven (berbasis pergerakan data), terdapat kenaikan nilai proyeksi kasus positif di akhir pandemi yang cukup signifikan dibanding estimasi yang disampaikan sebelumnya pada Juni 2020 yang lalu.

 Baca Juga: Gagal Calonkan Achmad Purnomo di Pilkada Solo 2020, DPC PDIP: Rasanya, Saya Tak Punya Harga Diri

Prediksi paling optimis diperoleh dengan menggunakan model hybrid kompartemen SIR-Regresi-runtun-waktu diperkirakan pandemi akan berakhir di awal November 2020 dengan total kasus positif di sekitar 112 ribu penderita.

Sementara secara terpisah, diperoleh dengan model Probabilistic Data Driven Model Covid-19 Indonesia diperoleh, pucak pandemi akan terjadi di akhir Juli sampai akhir Agustus 2020 dan berakhir di akhir Februari 2021. Dengan estimasi total kasus positif di sekitar 227 ribu penderita.

Lebih lanjut, dari pantauan terlihat bahwa angka penularan (Rt) masih di atas 1 yakni bernilai 1.08 pada tanggal 17 Juli 2020.

Baca Juga: Gibran jadi Cawalkot Solo Tuai Polemik, Pengamat: Jangan Anggap Lawan Kotak Kosong Pasti Menang

Berdasarkan prediksi tersebut, Dedi menyampaikan beberapa catatan penting yang perlu menjadi perhatian bersama pada saat ini.

Pertama, angka perhitungan Rt Covid-19 Indonesia dalam beberapa hari terakhir masih di sekitar 1.08.

Angka tersebut menunjukkan secara nasional masih harus diwaspadai adanya penularan lokal di beberapa wilayah provinsi atau kabupaten yang menjadi episentrum penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Sudah Resmi Dicopot Jabatan, Brigjen Prasetijo Utomo Belum Hadapi Sidang Etik Propam Mabes Polri

Kemudian, melihat situasi di beberapa negara dunia seperti Jepang, Australia, Maroko, Yunani, Hongkong, Kroasia, Israel terlihat kemunculan pola gelombang kedua dari kasus positif Covid-19.

Peningkatan kasus ditemukan setelah dilakukan relaksasi dari kebijakan lockdown. Pola ini belum terlihat untuk negara Indonesia.

Namun di Indonesia, terlihat adanya peningkatan jumlah penambahan pasien harian (insidensi) dibandingkan masa sebelum dilakukannya era adaptasi kebiasaan baru.

Artikel ini telah tayang di galamedia.pikiran-rakyat.com dengan judul Pakar Statistika UGM Ungkap Berakhirnya Masa Pandemi Virus Corona di Indonesia

Baca Juga: Kasus Pembunuhan Yodi Prabowo Sempat Terkendala, Polisi Temukan Fakta Baru dan Segera Ungkap Pelaku

Tak hanya itu, menurutnya perlu dilakukan pengendalian penyebaran secara lebih optimal di epicenter utama di Indonesia yakni Jawa Timur, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, serta Kalimantan Selatan.

Langkah pengendalian yang dimaksud dengan lebih menggencarkan tracing, test and treatment (3T) seiring dengan pendisiplinan masyarakat.

"Pengendalian provinsi-provinsi lain yang berpotensi membahayakan seperti Jawa Tengah, Sumatera Utara, Bali, Sumatera Selatan dan Papua perlu dioptimalkan agar Indonesia dapat semakin optimis menatap ke depan," pungkasnya.***(Dicky Aditya/Galamedia)

Editor: Nur Annisa

Sumber: Galamedia

Tags

Terkini

Terpopuler