Bersiap Hadapi Gejolak Ekonomi, Berikut Alternatif Investasi di Tengah Kemelut Pandemi

- 10 Oktober 2020, 08:30 WIB
Ilustrasi investasi.
Ilustrasi investasi. /DOK. PIKIRAN RAKYAT/

PR CIREBON - Sejak awal tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah terkoreksi hingga 21,79 persen setelah ditutup melemah ke 4.926,73 pada akhir pekan lalu.

Ke depannya, pasar keuangan diprediksi masih akan menghadapi volatilitas yang tinggi pengaruh dari risiko geopolitik yakni pemilihan presiden Amerika Serikat pada November mendatang.

Lalu, eskalasi tensi hubungan Amerika Serikat, Tiongkok dan Brexit di akhir tahun 2020, serta pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 yang kemungkinan masih akan berkontraksi seperti yang disampaikan oleh Menteri Keuangan RI akhir September lalu.

Baca Juga: 113 Warga Papua Meninggal akibat Virus Corona, Simak Diagnosa Dokter yang Memeriksa

Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya menjelaskan, langkah yang paling bijak yang dapat dilakukan investor untuk tetap berinvestasi pada situasi seperti ini adalah memastikan bahwa portofolio investasi telah terdiversifikasi dengan baik sesuai dengan profil risiko masing-masing.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Warta Ekonomi, berikut saran investasi untuk menghadapi kontraksi ekonomi:

1. Investor profil risiko balanced

Untuk investor yang memiliki profil risiko balanced/berimbang, investasi yang bijak untuk diterapkan adalah di kelas aset saham dan kelas aset pendapatan tetap/obligasi.

Baca Juga: Hindari Hoaks UU Ciptaker, DPR Ajak Berdialog Bahas Aturan Lanjutan Omnibus Law

Untuk kelas aset saham, investor dapat fokus pada reksa dana dengan strategi investasi big cap/saham berkapitalisasi besar. Underlying dari reksa dana ini umumnya akan lebih baik menghadapi goncangan pergerakan market.

2. Investor profil risikomoderate

Untuk investor dengan profil risiko moderate dapat menempatkan investasinya dengan porsi di reksa dana saham 15 persen, reksa dana pendapatan tetap atau obligasi 30 persen, dan reksa dana pasar uang 55 persen.

Baca Juga: Terbiasa WFH hingga Muncul Inovasi Baru dalam Bekerja, Posisi PNS Terancam Tergantikan

3. Investor profil risiko growth

Investor dengan profil risiko growth dapat menempatkan investasinya dengan porsi di reksa dana saham 60 persen, reksa dana pendapatan tetap atau obligasi 20 persen, dan reksa dana pasar uang 20 persen.

Menurut Ivan Jaya, instrumen investasi yang saat ini menarik untuk dilirik adalah obligasi pemerintah yang baru diluncurkan Kementerian Keuangan, ORI018.

Pasar obligasi Indonesia saat ini menawarkan tingkat real yield yang cukup atraktif yakni di sekitar 5,5 persen cukup atraktif jika dibandingkan dengan negara emerging market lainnya seperti Thailand di sekitar 1,9 persen dan Malaysia di kisaran 4,0 persen.

Baca Juga: Banyak Kendaraan Kelebihan Muatan Sebabkan Kecelakaan, Kemenhub akan Tindak Tegas

Obligasi adalah surat utang yang berisi janji dari penerbit surat utang untuk membayar sejumlah imbalan berupa bunga dalam suatu periode tertentu dan akan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pembeli surat utang tersebut.

Ada tiga keuntungan Obligasi bagi investor:

Pertama, investor akan mendapatkan kupon secara berkala, yang tingkat kuponnya biasanya lebih tinggi dari bunga deposito.

Baca Juga: Rampungkan Terapi Covid-19, Donald Trump Sudah Diizinkan untuk Kembali Berkampanye

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kupon seperti kredibilitas penerbit, jangka waktu obligasi, tingkat inflasi, tingkat suku bunga acuan, dsb.

Kedua, berpotensi memperoleh capital gain, jika obligasi tersebut dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Ketiga, risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen saham. Harga obligasi di pasar sekunder cenderung memiliki volatilitas yang lebih rendah dibandingkan dengan instrumen saham.

Baca Juga: Aksi Demo Tolak Omnibus Law Berujung Ricuh, Polrestabes Bandung Tangkap 429 Perusuh

Bahkan sekelas obligasi yang diterbitkan pemerintah para pelaku pasar sepakat bahwa instrumen tersebut merupakan instrumen yang bebas risiko alias risk free.

“Obligasi negara dengan tenor pendek menjadi pilihan yang menarik karena relatif tidak mengalami volatilitas,” kata Ivan.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah