Terbiasa WFH hingga Muncul Inovasi Baru dalam Bekerja, Posisi PNS Terancam Tergantikan

- 9 Oktober 2020, 21:05 WIB
Ilustrasi PNS.
Ilustrasi PNS. /RRI

PR CIREBON - Munculnya pandemi Covid-19 membuat sejumlah lembaga pemerintahan memberlakukan Work From home (WFH) bagi para pegawai, khususnya PNS. 
 
Menurut Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Bima Haria Wibisana, kebiasaan tersebut telah mengubah banyak cara kerja pegawai. Sejak WFH, banyak muncul berbagai inovasi baru dalam bekerja. 
 
"Tempat bekerja kita juga akan berubah. Proses bisnis kita akan berubah. Saya justru menyukai WFH itu karena dengan begitu inovasi berjalan dengan cepat," kata Bima seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari RRI pada Jumat, 9 Oktober 2020.
 
 
Menurut Bima, dengan adanya kebiasaan dan inovasi baru tersebut maka tidak menutup kemungkinan jika posisi beberapa profesi nantinya bakal tergantikan dengan inovasi teknologi. Bahkan hal tersebut bisa saja turut terjadi pada PNS (Pegawai Negeri Sipil).
 
"Kalau kemudian inovasi semuanya seperti itu, pertanyaannya apakah PNS itu merupakan permanent job, full time job? Kenapa tidak part time job saja? Project based? Jadi tidak ada lagi yang sakral sekarang ini untuk berubah," ujar Bima.
 
Menurut Bima, bisa saja nantinya PNS tidak akan lagi menjadi full time job, dan posisinya tergantikan oleh Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
 
 
Bima juga memprediksi kemungkinan 10 tahun lagi kuota PNS bisa saja tidak ada sama sekali dan semuanya digantikan oleh PPPK. 
 
"Ke depan 10 tahun lagi mungkin tidak akan seperti itu. Mungkin tidak ada PNS, mungkin semuanya PPPK, dan tidak diperlukan lagi PNS ke depan,"ujarnya.
 
Selain profesi, cara bekerja di masa mendatang juga bakal semakin berubah, khususnya dengan pemanfaatan big data yang harus melakukan integrasi pekerjaan.

 
Bima menilai, semua pegawai saat ini kompak menyerukan betapa pentingnya big data.
 
Tetapi untuk melakukan analisa big data tersebut masih banyak yang belum bisa. Oleh karena itu, Bima mengingatkan pentingnya belajar hal itu. 
 
"Tapi siapa dari kita yang mengetahui bagaimana melakukan analisa big data? Enggak ada, kecuali dia memang belajar itu. Ini yang memang perlu menjadi perhatian," ucap Bima.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x