“Ada yang menyambit bukan dari barisan massa lho, di video, tapi di deretan polisi berbaju hitam,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua BEM Universitas Negeri Yogyakarta, Bayu Septian, mengaku bahwa ia melihat mahasiswa yang mengamankan massa dengan border, karena banyak tembakan gas air mata.
“Jangan sampai gerakan kami, yang bermoral dan intelektual dikambing hitamkan dengan pernyataan beberapa orang bahwa gerakan kami ditunggangi,” kata Bayu.
Baca Juga: Selalu Dituding Sebagai PKI, Megawati: Saya Bukan PKI, Orang Tua Saya Dua-duanya Pahlawan
Dia menjelaskan bagaimana setiap mahasiswa mengandalkan uang patungan untuk bisa berdemo ke Jakarta.
“Kita anak-anak daerah sama kawan-kawan yang ada di pusat, patungan untuk berdemo ke Jakarta, untuk sewa mobil dan seterusnya. Tuduhan bahwa aksi mahasiswa disponsori dan ditunggangi malah menimbulkan amarah baru,” sambung Bayu.
Juru Bicara Kepresidenan, Fadjroel Rachman, menegaskan bahwa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bukan era orde baru, dimana orang yang hanya berdiam diri saja bisa hilang. Dia mempersilakan pihak yang mengalami tindak kekerasan saat berdemonstrasi untuk melapor.
Baca Juga: Fakta Baru Kebakaran Kejagung Ditemukan, Pembersih TOP Berbahan Solar Picu Kobaran Api
Bayu mengungkapkan bagaimana ia merasa pemerintah seolah menjadi malaikat yang bisa menentukan benar dan salah.
“Siapa yang sebetulnya membuat hoaks, kita atau pemerintah?” dia bertanya.***