Hampir Dilupakan Orang Tapi Dikhawatirkan WHO, Kenaikan Kasus Campak setelah Lonjakan Tahun Lalu

13 November 2020, 11:59 WIB
Ilustrasi vaksinasi campak dan polio. /PIXABAY/ Alexandra_Koch

PR CIREBON – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada Kamis, 12 November bahwa pembatasan Covid-19 telah melumpuhkan upaya vaksinasi campak di tengah kekhawatiran akan dampaknya pada kasus dan kematian menyusul lonjakan tahun lalu.

Sebuah publikasi bersama oleh WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa setelah tahun-tahun menurun hingga 2016, kasus campak telah melonjak.

Sekitar 869.770 kasus campak dilaporkan di seluruh dunia tahun lalu, jumlah tertinggi sejak 1996.

Baca Juga: Kondisi Gunung Merapi Saat Ini, Tampak Kabut Putih dengan Belasan Kali Gempa Guguran

Penyakit menular itu menewaskan 207.500 orang pada 2019, angka itu naik 50 persen dari angka kematian terendah dalam sejarah yang mencapai tahun 2016.

"Meskipun kasus campak yang dilaporkan lebih rendah pada tahun 2020, upaya yang diperlukan untuk mengendalikan Covid-19 telah mengakibatkan gangguan dalam vaksinasi dan upaya yang lumpuh untuk mencegah dan meminimalkan wabah campak," kata WHO dalam sebuah pernyataan, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.

Langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran satu penyakit akibat virus. seperti menjaga jarak fisik, mengenakan masker, dan kebersihan tangan, seringkali dapat berdampak pada mengurangi penyebaran penyakit lain.

Baca Juga: Keinginan Rekonsiliasi Habib Rizieq Terjawab Heran, Moeldoko: Kita Nggak Ada Masalah, Mau Apa ?

Namun, pencegahan penyakit campak berkurang, dengan lebih dari 94 juta orang saat ini berisiko tidak diimunisasi karena jeda vaksinasi campak di 26 negara, kata WHO.

Hanya delapan dari negara tersebut yang dapat memulai kembali program imunisasi campak mereka.

"Kami khawatir Covid-19 akan berkontribusi pada peningkatan jumlah kasus campak dan kematian," kata Gail McGovern, presiden Palang Merah Amerika.

Henrietta Fore, direktur eksekutif UNICEF, menjelaskan bahwa sebelum ada krisis Covid-19, dunia bergulat dengan krisis campak, dan krisis itu belum hilang.

"Sementara sistem kesehatan kesulitan karena pandemi Covid-19, kita tidak boleh membiarkan perjuangan kita melawan satu penyakit mematikan datang dengan mengorbankan perjuangan kita melawan yang lain," katanya.

Baca Juga: Erupsi Merapi Tahun 2020 Bisa Serupa dengan 2006, BPPTKG Yogyakarta: Seismisitas Sudah Melampaui

Campak, yang ditandai dengan ruam merah pada kulit, disebabkan oleh virus yang sangat mudah menular yang menyebar melalui transmisi udara atau kontak langsung.

Sebagian besar kematian disebabkan oleh komplikasi yang terkait dengan penyakit tersebut.

Sebelum vaksinasi dimulai pada tahun 1963 dan menyebar luas, epidemi besar tercatat setiap dua sampai tiga tahun yang dapat menyebabkan sekitar 2,6 juta kematian per tahun, menurut WHO.

Setelah penurunan kasus antara tahun 2000 dan 2016 berkat kampanye vaksinasi intensif, campak telah muncul kembali, terutama karena ketidakpercayaan terhadap vaksin di negara maju.

Baca Juga: Miris, Korea Utara Buat Lumba-lumba Jadi Hewan Militer Khusus di Angkatan Laut

Seth Berkley, kepala eksekutif Gavi, Vaccine Alliance, menyebut jumlah kasus campak pada 2019 mengkhawatirkan.

"Covid-19 telah mengakibatkan penurunan yang berbahaya dalam cakupan imunisasi, yang menyebabkan peningkatan risiko wabah campak," katanya.

"Campak sepenuhnya dapat dicegah. Di saat kita memiliki vaksin yang kuat, aman dan hemat biaya, tidak ada yang masih mati karena penyakit ini," tambahnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Channel New Asia

Tags

Terkini

Terpopuler