Habib Rizieq Ingin Revolusi Akhlak di Indonesia, Refly Harun Tentu Kita Dukung

- 11 November 2020, 08:17 WIB
Pakar hukum tata negara, Refly Harun.
Pakar hukum tata negara, Refly Harun. /Tangkapan layar YouTube Refly Harun./



PR CIREBON - Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun menyatakan, sejauh ini jika diamati tidak ada yang jelas mengapa seorang Habib Rizieq tidak bisa pulang, karena berkali-kali pernyataan misalnya dari pihak FPI, dari pihak 212,bahkan dari pihak Habib Rizieq sendiri yang menginginkan pulang, 11 November 2020.

"Kalau masalahnya berkali-kali saya sitir di sini overstay, terlalu mudah untuk seseorang bisa pulang, kalau overstay ya biasanya dia akan dideportasi, walaupun bahasanya tidak enak," kata Refly Harun di akun Youtubenya.

Dia mengungkapkan kalau agak mengherankan kalau Habib Rizieq terkatung-katung di Arab Saudi hingga tiga tahun, karena bisa saja dia membayar denda jika memang overstay.

Baca Juga: Acara ILC Bahas Habib Rizieq Dibatalkan, Fadli Zon Sebut Ada Tangan Gaib

"Artinya kalau misal dia mau membayar denda bisa juga, jadi sebenarnya agak mengherankan sampai seorang Habib Rizieq terkatung-katung tiga tahun di sana. Ya mungkin juga di awal-awal ada persoalan-persoalan, tapi setelah itu setelah semuanya clear rasanya tidak ada halangan lagi untuk kembali," ujarnya.

Refly mengatakan apabila dilihat dari komentar dari otoritas, termasuk Duta Besa Indonesia untuk Arab Saudi, terkesan kalau ada yang tidak menginginkan Habib Rizieq untuk pulang ke Indonesia.

"Kalau kita lihat komentar-komentar dari pihak otoritas misalnya, termasuk juga Duta Besar di Arab Saudi, terlihat betul justru ada nuansa mereka tidak menginginkan Habib Rizieq pulang, kalau kita bicaranya kemungkinan ada pertarungan atau konstelasi politik ke depan, wajar saja. Memang 2024 masih lama, masih empat  tahun lagi, tetapi kalau misalnya satu arus politik menguat tentu arus lainnya tidak menyukai, itu kan common sense dalam politik," ucapnya.

Baca Juga: Ikuti Sikap Suaminya, Melania Trump Enggan Memanggil Ibu Negara Baru Jill Biden untuk Bertemu

Selanjutnya, Refly menjelaskan gelombang yang ada di republik Indonesia ini harus seimbang, tidak terlalu kanan atau kiri.

"Jadi kalau misalnya gelombang republik ini terlalu berat ke kanan ya tentu pihak kiri tidak begitu suka, jadi  harus ada keseimbangan, tapi tidak boleh juga terlalu kiri sehingga kapal republik juga bergerak ke kiri, karena bagaimanapun yang tidak bisa dipungkiri, di republik ini memang mayoritas adalah muslim," katanya

Menurutnya jika melihat sejarah Indonesia, negara Indonesia ini didirikan oleh dua kelompok yaitu tokoh-tokoh Islam, dan tokoh-tokoh  nasionalis.

Baca Juga: Antusias Kepulangan Rizieq Hingga Langgar Aturan Kedisiplinan, Anggota TNI Ini Dikenakan Sanksi

"Jadi kita tidak akan bisa menghilangkan hal itu di dalam perpolitikan republik ini, apalagi kita tahu kalau kita balik ke sejarah negara ini didirikan oleh dua kelompok, kaum Islam atau tokoh-tokoh Islam dan kaum nasionalis atau tokoh-tokoh nasionalis," ujarnya.

"Mereka inilah yang bertarung di constituent antara mengambil pancasila sebagai dasar negara, sebagai landasan bernegara atau Islam, karena tidak ada suara dua per tiga yang dibutuhkan akhirnya Bung Karno mengeluarkan dekrit 5 Juli 59," kata Refly melanjutkan.

Dia berpendapat jika dikaitkan dengan kelompok atau politik Islam, kehadirannya di era reformasi ini sangat surut, karena tidak ada Partai Islam yang masuk ke dua besar Partai Indonesia.

Baca Juga: Habib Rizieq Klaim Ada Permainan Besar Dibalik Susah Pulangnya, Apakah Indonesia Tak Ingin HRS ?

"Kalau kita kaitkan dengan kelompok Islam atau politik Islam, setelah era reformasi ini surut luar biasa. Sebelumnya sudah saya katakan, tidak ada Partai Islam yang bisa jadi penguasa bahkan dua besar saja tidak, tahun 99 PDIP dan Golkar, tahun 2004 Golkar dan PDIP, tahun 2009 Demokrat dan Golkar, tahun 2014 PDIP dan Golkar, tahun 2019 PDIP dan Gerindra," ujar Refly.

Menurutnya, upaya menjadikan sosok seperti Habib Rizieq atau Ustaz Abdul Somad sebagai pemimpin adalah cara agar ada keseimbangan di dalam politik agar tetap seimbang.

"Kalau kita lihat arus kapal ini akan atau sudah berat kiri, jadi kehadiran sosok semacam Habib Rizieq, semacam Ustaz Abdul Somad (UAS), semacam  Masyumi, semacam Amien Rais dengan umatnya sebenarnya adalah upaya untuk sedikit menggerakan kapal ke arah kanan, agar ada keseimbangan mungkin," ucapnya.

Baca Juga: Usai Presiden Macron Dikecam Umat Islam Dunia, Pengangguran di Prancis Melonjak pada Kuartal Ketiga

Keseimbangan pada kelompok-kelompok yang ada di masyarakat Indonesia, Refly menjelaskan, dalam politik ada yang mengidentifikasikan dirinya sebagai massa Islam, kalau partai maka Partai Islam yang berarti partai tersebut mempunyai ideologi Islam atau memiliki basis massa Islam, Habib Rizieq tentu massa Islam, dengan FPI dan gerak-geriknya.

"Sepanjang memegang Pancasila sebagai dasar dan UUD 45 sebagai the common platform, tidak perlu khawatir," katanya.

Dia menilai konsen terbesar yang sebenarnya adalah bagaimana kita bisa membuat negara ini jauh lebih baik, korupsi bisa kita berantas, dan juga bagaimana ada distribusi kekayaan yang baik, negara ini adalah negara yang kaya tetapi memiliki distribusi ekonomi yang sangat timpang.

Baca Juga: Pengusaha Logistik Rugi Miliaran Rupiah, Imbas Penjemputan Habib Rizieq Buat Pengiriman Ngaret

"Sepuluh persen masyarakat orang-orang kaya menguasai 90 persen aset negara, 90 persen angka terbanyak republik ini justru hanya menguasai 10 persen, jadi ada ketimpangan yang luar biasa, belum lagi soal-soal terkait yang saya katakan tadi, korupsi, kolusi, dan nepotisme," ucap Refly.

Dia mengatakan kalau benar Habib Rizieq ingin melakukan revolusi akhlak maka tentu akan didukung, Refly berharap ada kebaikan di dalamnya, dan tentu revolusi akhlak yang patuh kepada hukum-hukum yang berlaku di negara ini. Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Youtube Refly Harun.

"Menurut saya kurang kerjaan kalau ada oknum-oknum, pihak-pihak yang ingin menghalangi seorang warga negara republik Indonesia untuk kembali, karena itu adalah bagian dari Hak Asasi manusia untuk datang, untuk menginjak tanah airnya, tidak boleh negara atau siapapun menghalanginya, apalagi kalau orang tersebut tidak punya masalah apa-apa," ucapnya.

Baca Juga: Nasehati Deklarasi Masyumi, PBB: Mendirikan Partai Mudah, Membesarkan Tidak Mudah

Refly menambahkan orang yang punya masalah pun harus diperjuangkan, ada yang mau dihukum mati di Arab Saudi, ada yang dihukum atau dipidana karena melakukan tindak pidana di London misalnya, negara tetap wajib memperhatikan dan melindungi mereka.

Tentu hal itu dilakukan dengan tidak melupakan atau tidak melindungi kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat, kalau mereka melakukan di tempat lain atau di negara ini, jelasnya.

"Faktanya sekarang Habib Rizieq sudah kembali ke tanah air, kita tunggu kiprah positifnya, mudah-mudahan memberikan kontribusi yang baik bagi negara ini ke depan agar negara ini menjadi negara yang jaya, yang besar, anti korupsi, yang rakyatnya adil dan makmur, serta terlindungi," kata Refly Harun***

 

Halaman:

Editor: Egi Septiadi

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x