Kunjungi Australia, Presiden Joko Widodo Tertarik Adopsi Tata Kota Canberra untuk Referensi Ibu Kota Negara Baru

- 9 Februari 2020, 18:41 WIB
Danau Burley Griffin, Canberra, Australia.*
Danau Burley Griffin, Canberra, Australia.* //Pixabay/ DesignNPrint

PIKIRAN RAKYAT - Presiden Joko Widodo dalam kunjungan negaranya ke kota Canberra, Australia sejak Sabtu 8 Februari 2020, mengatakan keterarikanya mempelajari tata kotanya dengan mengamatinya melalui bukit berketinggian 843 meter diCanberra.

Bukit tersebut bernama Mount Ainslie, merupakan bagian dari Canberra Nature Park. Bukit itu biasa digunakan untuk melihat pemandangan pusat kota Canberra khusunya gedung parlemen yang memang berada di jantung kota Canberra.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari situs Antara, hal tersebut dilakukanya dalam rangka mempelajari tata kota Canberra yang rencananya akan diadopsi sebagai referensi pembangunan ibu kota baru nanti.

Baca Juga: Dokter Penemu Virus Corona Meninggal, Komisi Pengawas Nasional Tiongkok Bentuk Tim Khusus untuk Investigasi

Mengingat, rencananya pada tahun 2024, ibu kota negara Indonesia sudah pindah ke ibu kota baru yang terletak di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan di sebagian Kabupaten Kutai Kartangera, Kalimantan Timur.

Sebelumnya pada 23 Desember 2019 lalu, desain judul untuk ibu kota baru 'Nagara Rimba Nusa' sebagai pemenang sayembara gagasan desain kawasan ibu kota negara.

Konsep tersebut ditawarkan oleh Tim Urban+ dengan membawa keseimbangan antara tata kota modern, pembangunan manusia, sifat manusia, dan kelestarian alam.

Baca Juga: Mitos atau Fakta: Mengonsumsi Telur Setiap Hari Baik untuk Kesehatan Jantung?

Kontur untuk lokasi ibu kota baru berbukit-bukit karena merupakan bekas hutan tanaman industri seluas 256 ribu hektare, ditambah dengan kawasan cadangan, sehingga totalnya mencapai 410 ribu hektar dengan kawasan inti seluas 56 hektar.

Nantinya, ibu kota baru akan terbagi menjadi sejumlah klaster, yaitu klaster pemerintahan seluas 5.600 hektare, klaster kesehatan, klaster pendidikan, serta klaster riset dan teknologi.

Dengan konsep yang sudah direncanakan oleh pihak pemerintah serta target waktu pembangunan, apa yang menjadi alasan Presiden Joko Widodo ingin mempelajari tatanan kota Canberra sebagai bahan perbandingan untuk ibu kota baru?

Baca Juga: Tergerus Luapan Air Sungai, Badan Jalan Kirapingi Tegal Gubug Kidul Kembali Amblas

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari situs The Guardian, Canberra merupakan ibu kota Australia yang dibangun oleh arsitek terhebat di Australia pada tahun 1912, Burley Griffin dan Marion Griffin.

Burley dan Marion merancang ibu kota Australia tersebut dengan sangat modern, namun tetap mempertahankan unsur-unsur natural dari kota tersebut.

Gunung dan sungai yang tidak teratur dan menutupi Kota Canberra, kini menjadi indah dilengkapi adanya danau buatan.

Baca Juga: Duplikasi Motif Songket dan Endek Rugikan Para Perajin, Ketua Dekranasda Bali: Harus Segera Dipatenkan

Selain itu, konsep desain ini memang sengaja dibuat untuk menghindari pembangunan gedung-gedung industri yang tinggi.

Selain itu, pemandangan landmark dan monumen setiap perjuangannya didesain dengan indah agar masyarakat Canberra dapat selalu merasakan perjuangan demokratis dari ibu kota baru tersebut pada saat itu.

Griffin juga juga merancang Canberra dengan untaian segitiga untuk area nasional pusat di sepanjang pemandangan utama.

Baca Juga: Gelontorkan Dana Sebesar 30 Miliar, Ridwan Kamil Berharap Jalan Suryakencana Menjadi Ikon di Bogor

Untaian segitiga tersebut yakni Gunung Ainslie dan Gunung Hitam, dari sisi-sisi selatan untuk kantor-kantor pemerintahan, gedung pendidikan dan akademi militer, serta balai kota.***

 

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah