Duplikasi Motif Songket dan Endek Rugikan Para Perajin, Ketua Dekranasda Bali: Harus Segera Dipatenkan

- 9 Februari 2020, 15:37 WIB
Ketua Dekranasda Provinsi Bali Putri Koster saat menerima kunjungan Ketua Harian Dekranas Nyonya Tri Tito Karnavian ke perajin endek dan songket, di Denpasar.*
Ketua Dekranasda Provinsi Bali Putri Koster saat menerima kunjungan Ketua Harian Dekranas Nyonya Tri Tito Karnavian ke perajin endek dan songket, di Denpasar.* //ANTARA Bali

PIKIRAN RAKYAT - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali, Putri Suastini Koster meminta motif-motif kain songket dari perajin di Pulau Dewata segera dipatenkan agar tidak mudah dijiplak.

Permintaan tersebut dilatarbelakangi dengan maraknya produksi kain printing dan bordir yang menduplikasi motif asal Bali itu sehingga diduga dapat merugikan para perajin.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari situs Antara, kekhawatiran kebiasaaan duplikasi yang mengakar terhadap karya cipta para perajin Bali ini dinilai dapat merugikan.

Baca Juga: Tergerus Luapan Air Sungai, Badan Jalan Kirapingi Tegal Gubug Kidul Kembali Amblas

Hal tersebut membuat Pemerintah Provinsi Bali yang diwakili oleh Dekranasda merasa tindakan tegas dengan mematenkan motif kain songket dan endek adalah jalan keluar terbaik.

Dengan kebijakan tersebut, kerugian tidak akan dirasakan lagi oleh para perajin kain di Bali.

"Maraknya produksi kain printing dan bordir yang menduplikasi motif songket dan endek, jika terus dibiarkan akan sangat merugikan para perajin yang menciptakan motif endek dan songket," kata Putri Koster.

Baca Juga: Hadapi Perkembangan Teknologi, Gerakan Pramuka di Kota Sukabumi Didorong untuk Selalu Aktif

Menurut Putri, Pemerintah Provinsi Bali melalui beberapa regulasi sedang mengintensifkan upaya pelestarian kain tenun ikat tradisional yang merupakan warisan adiluhung seperti songket dan endek.

Hal ini dibuat untuk meningkatkan daya beli masyarakat yang baru-baru ini sudah mulai hilang dengan adanya kain berserat ringan yang menghadirkan motif karya perajin Bali.

Hal itu dikemukakan oleh Putri pada saat meninjau pertenunan Endek Patra milik I Gusti Made Arsawan di Bale Timbang, Penatih, Denpasar dan Baliwa Songket Collection milik I Ketut Ardenan di Banjar Abian Nangka Kelod, Desa Kesiman Petilan, Sepansa.

Baca Juga: Tuai Pro dan Kontra, Pelaksanaan Program Kampus Merdeka Menerima Respon Positif dari Kemendes

"Namun, kini dengan alasan tekstur kain lebih ringan, masyarakat cenderung membeli kain bordir atau printing," ucap Putri.

Meskipun menurutnya, hal itu sebagai bentuk inovasi dan kreativitas, kehadiran kain bordir dan printing tak bisa dibendung. Tetapi sebaiknya mereka harus menciptakan motif sendiri yang berbeda dari motif endek atau songket.

"Untuk itu, motif songket perlu dipatenkan agar tak sembarangan dijilplak," ucap wanita yang juga istri Gubernur Bali itu.

Baca Juga: Menjadi Destinasi Favorit Wisatawan Malaysia, Citilink Buka Penerbangan Bandung-Kuala Lumpur

Selain maraknya tiruan motif songket dan endek, kendala tersebut juga dirasakan para karya cipta perajin Bali lainnya, yaitu usaha tenun ikat tradisional Bali.

Namun kendala yang dirasakan untuk usaha tenun ikat ini berbeda halnya dengan kedua karya cipta diatas, kekurangan bahan baku serta makin surutnya minat tenaga kerja yang mau menekuni keterampilan ini adalah kendala terbesarnya.

Dengan kendala tersebut, Putri Koster akhirnya mencanangkan kampanye pemanfaatan pekarangan atau lahan kosong untuk penanaman pohon kapas atau budidaya ulat sutra.

Baca Juga: Geopark Ciletuh Palabuhanratu sebagai Geopark Dunia, Pemerintah Khawatirkan Permasalahan sampah

Untuk program tersebut, Putri Koster bersama Dekrasnada Bali akan turut menggandeng TP PKK Bali untuk pemanfataan lahan pekarangan.

Ide Putri tersebut disambut baik oleh Ketua Harian Nyonya Tri yang merupakan istri dari Mendagri, Tirto Karnavian dengan mengapresiasi langkah yang ditempuh Dekrasnada Bali dalam pelesetarian tenun ikat tardisional.

"Setiap daerah punya kain tenun khas tradisional yang menjadi kekayaan Nusantara. Kami mendukung upaya pelestarian yang dilaksanakan di tiap daerah, khususnya Bali," ucap Tri.

Baca Juga: Adanya Dugaan Pelanggaran Wisata di Lembang, Walhi Jawa Barat Dorong Dilakukannya Moratorium Perizinan Pembangunan di KBU

Harapan lain datang dari pemilik pertenunan Endek, Patra I Gusti Made Arsawan yang mengungkapkan, semoga kedepanya akan ada sebuah gerakan memanfaatkan lahan non produktif untuk menanam kapas atau budidaya ulat sutra.

Sehingga para perajin Bali tidak perlu berharap impor sutera dari Tiongkok.

Namun, dalam hal ini, peran serta masyarakat Bali sangat penting untuk melestraikan karya cipta tersebut, dengan membiasakan diri mengenakan tenun khas tradisional Bali.

Sehingga dapat membendung produksi kain bordir atau printing yang meniru motif songket dan endek.

Baca Juga: Gelontorkan Dana Sebesar 30 Miliar, Ridwan Kamil Berharap Jalan Suryakencana Menjadi Ikon di Bogor

Sementara, pemilik Baliwa Songket Collection I Ketut Ardenan, membuat sebuah inovasi dengan menjadikan kain songket lebih ringan dan mudah digunakan, tentunya dengan teknik lasem yang dimilkinya.

Sehingga dengan adanya terobosan ini masyarakat Indonesia akan tertarik menggunakan kain songket dengan menghadirkan rasa yang nyaman untuk digunakan.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x