Menurut laporan berita dan saksi mata, tindakan keras tersebut menuai banyak kritikan.
Penyelidik PBB mengatakan tentara keamanan Myanmar telah melakukan "pembunuhan massal".
Baca Juga: 3 Nutrisi yang Harus Dipenuhi Wanita Ketika Memasuki Usia 40 Tahun, Salah Satunya Zat Besi
“Kami memberi hormat kepada pahlawan kami yang mengorbankan nyawa selama revolusi ini dan Kami Harus Memenangkan revolusi ini,” kata salah satu kelompok protes utama, Komite Pemogokan Umum Nasional (GSCN) yang mempostingnya di Facebook.
Sabtu 27 Maret 2021 juga merupakan pertempuran terberat sejak kudeta antara tentara dan kelompok etnis bersenjata yang menguasai sebagian besar negara.
Jet militer telah menewaskan sedikitnya tiga orang dalam serangan di sebuah desa yang dikendalikan oleh kelompok bersenjata dari minoritas Karen.
Hal ini disampaikan sebuah kelompok masyarakat sipil pada Minggu 28 Maret 2021, setelah faksi Serikat Nasional Karen sebelumnya mengatakan telah menyerbu sebuah pos militer di dekat perbatasan Thailand.
Kejadian itu menewaskan 10 orang. Serangan udara tersebut membuat penduduk desa melarikan diri ke hutan.
Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk mengomentari pembunuhan atau pertempuran itu.