3 Orang Pengunjuk Rasa Tewas dalam Protes Myanmar, Pemerintah Sipil Berusaha Beri Hak Hukum Bela Diri

- 15 Maret 2021, 06:05 WIB
Pengunjuk rasa di Myanmar. Pemerintah sipil berusaha beri hak hukum bela diri usai tiga orang pengunjuk rasa dinyatakan tewas dalam demonstrasi.*
Pengunjuk rasa di Myanmar. Pemerintah sipil berusaha beri hak hukum bela diri usai tiga orang pengunjuk rasa dinyatakan tewas dalam demonstrasi.* /Reuters

PR CIREBON - Pasukan keamanan Myanmar menembaki para pengunjuk rasa anti-kudeta di ibu kota komersial Yangon pada Minggu 14 Maret 2021.

Dalam penembakan tersebut dilaporkan oleh saksi mata dan media, setidaknya ada 3 pengunjuk rasa di Myanmar yang dinyatakan tewas.

Video yang diambil di situs tersebut menunjukkan pengunjuk rasa memegang perisai buatan tangan dan mengenakan helm, saat menghadapi pasukan keamanan di distrik kota Hlaing Tharyar, Myanmar.

Baca Juga: Setuju dengan Hidayat Nur Wahid Soal Wacana Presiden 3 Periode, Ainun Najib: Sekeren Obama Juga Menolak

Gumpalan asap hitam membumbung di atas area itu dan satu laporan mengatakan dua pabrik di distrik itu telah dibakar.

Dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Reuters, kelompok media Irrawaddy mengatakan tiga orang tewas.

Setidaknya dua orang terbunuh di tempat lain di negara Asia Tenggara itu, sehari setelah pejabat pemimpin pemerintah sipil paralel mengatakan akan berusaha memberi orang hak hukum untuk membela diri.

Baca Juga: Berani dan Penuh Percaya Diri, Inilah 3 Zodiak yang Dikenal Tak Mudah Minder

Disampaikan, seorang pria muda ditembak dan dibunuh di kota Bago, dekat Yangon.

Outlet media Kachin Wave menyatakan, seorang pengunjuk rasa lainnya tewas di kota Hpakant, di daerah pertambangan batu giok di timur laut.

Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan, lebih dari 80 orang telah tewas pada Sabtu dalam protes yang meluas terhadap perebutan kekuasaan militer bulan lalu.

Baca Juga: 5 Zodiak yang Disebut Rentan Stres, Salah Satunya Sagitarius

Mereka menambahkan bahwa lebih dari 2.100 orang telah ditangkap.

Mahn Win Khaing Than, yang sedang dalam pelarian bersama dengan sebagian besar pejabat senior dari Partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang berkuasa, berbicara kepada publik melalui Facebook pada hari Sabtu.

Dikatakannya kalau saat ini adalah momen paling gelap bangsa, dan menyebut pemerintah sipil akan berusaha untuk membuat undang-undang yang diperlukan.

Baca Juga: Link Live Streaming AC Milan v Napoli, Pioli Sebut Adanya Uji Kekuatan Strategi Gattuso

Sehingga, rakyat akan memiliki hak untuk membela diri terhadap tindakan keras militer.

Kotapraja Monywa di Myanmar tengah menyatakan telah membentuk pemerintah daerah dan kepolisiannya sendiri.

Di Yangon, ratusan orang berdemonstrasi di berbagai bagian kota setelah memasang barikade kawat berduri dan karung pasir untuk memblokir pasukan keamanan.

Baca Juga: Link Live Streaming Cagliari vs Juventus, Andrea Pirlo Ucap Perlu Keluarkan Usaha Terbaik

Di satu daerah, orang-orang melakukan protes dengan duduk di bawah lembaran terpal yang dipasang untuk melindungi diri dari terik matahari.

“Kami membutuhkan keadilan,” teriak mereka.

Setidaknya 13 orang dilaporkan tewas pada Sabtu kemarin, salah satu hari paling berdarah sejak kudeta 1 Februari.

"Mereka bertingkah seperti berada di zona perang, dengan orang-orang tak bersenjata," kata seorang aktivis di kota Mandalay, Myat Thu.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x