Jurnalis Sebut Donald Trump Pertimbangkan Kirim Warga AS yang Terinfeksi Covid-19 ke Kamp Penahanan

22 Juni 2021, 15:10 WIB
Pada awal pandemi, Donald Trump sempat mempertimbangkan kirim warga AS yang terinfeksi Covid-19 ke kamp penahanan di Teluk Guantanamo. //Instagram.com/@realdonaldtrump

PR CIREBON – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mempertimbangkan untuk mengirim warga AS yang terinfeksi Covid-19 ke Teluk Guantanamo.

Hal itu diungkap menurut sebuah buku baru yang ditulis oleh dua orang jurnalis. Pada awal pandemi di AS, Donald Trump diketahui juga meremehkan virus Corona penyebab Covid-19 tersebut.

Namun, Donald Trump dan keluarga serta stafnya sempat terinfeksi Covid-19 pada masa jabatannya, yang membuat mantan Presiden AS itu harus dirawat selama beberapa hari.

Baca Juga: 7 Tips untuk Mencapai Pola Pikir Positif dalam Keseharian Kamu, Simak Penjelasannya!

Kini, Donald Trump dikabarkan sempat mempertimbangkan warganya yang terkena Covid-19 untuk dikirim ke Teluk Guantanamo.

“Bukankah kita memiliki pulau yang kita miliki? Bagaimana dengan Guantanamo?” tanya Donald Trump pada stafnya, Februari 2020 lalu, sebelum ia terinfeksi Covid-19.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera, Teluk Guantanamo adalah kamp penahanan di Kuba yang digunakan AS untuk menampung mereka yang dituduh melakukan kejahatan serius.

Baca Juga: Dua Minggu Jalani Persidangan, Aung San Suu Kyi Bantah Kesaksian Soal Dirinya

Kejahatan itu termasuk kombatan musuh dari perang asing dan mereka yang diduga berada di balik serangan 11 September.

“Kita mengimpor barang. Kita tidak akan mengimpor virus,” kata Donald Trump pada stafnya, menurut klaim buku itu.

Komentar itu muncul sebelum kasus virus Corona meledak di AS. Pemerintahan Donald Trump menghadapi kritik berkelanjutan atas penanganannya terhadap pandemi, yang telah menewaskan lebih dari 601.000 orang, menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins.

Baca Juga: DPR RI Tolak Opsi Pailit Garuda Indonesia dan Memilih Pemerintah untuk Melakukan Upaya Penyelamatan

Mayoritas kematian itu, sekitar 400.000, terjadi di bawah pemerintahan Donald Trump.

Menurut buku tersebut, para pembantu Donald Trump tercengang dengan pertanyaan tentang Teluk Guantanamo dan menutup gagasan itu untuk kedua kalinya.

Buku berjudul Nightmare Scenario: Inside the Trump Administration’s Response to the Pandemi That Changed History itu ditulis oleh jurnalis dari media The Washington Post, Yasmeen Abutaleb dan Damian Paletta.

Baca Juga: Dituduh Lakukan Pelecehan, Rian D'Masiv: Isu yang Buat Saya Terganggu, Terutama Keluarga

Isi buku itu berasal dari wawancara dengan mantan penasihat senior Donald Trump dan pejabat kesehatan, menceritakan banyak percakapan yang menguraikan tanggapan pemerintahan AS terhadap pandemi.

"Tes Covid-19 membunuhku!" buku itu mengklaim Trump berkata kepada Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar pada 18 Maret.

“Saya akan kalah dalam pemilihan karena tes! Orang bodoh apa yang telah dilakukan tes oleh pemerintah federal?,” kata Donald Trump.

Baca Juga: Ini Dia Kandungan Gizi dan Manfaat Buah Zaitun Bagi Tubuh, Salah Satunya Mengandung Vitamin E

Lima hari sebelumnya, menantu Donald Trump Jared Kushner mengambil alih strategi tes Covid-19 AS, menurut buku itu.

Trump juga ingin memecat Robert Kadlec, kepala kesiapsiagaan darurat di Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, dan seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri.

Keinginan itu dimiliki Donald Trump atas peran mereka dalam mengizinkan 14 warga AS yang terinfeksi Covid-19 di atas kapal pesiar untuk kembali ke AS.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan, 22 Juni 2021: Taurus Jangan Serakah, Gemini dan Cancer Ada Kabar Baik

Namun Donald Trump tidak berhasil melakukannya, seperti halnya dengan pejabat lain, klaim buku itu.

Ketegangan antara Donald Trump dan birokrat menyebabkan masalah lain, menurut Abutaleb dan Paletta.

Alih-alih memecat Dr Anthony Fauci, tim Donald Trump mengabaikan rekomendasinya dan pejabat kesehatan lainnya, serta lebih menyukai rekomendasi para pakar ekonomi dan Kushner.

Baca Juga: Intip Potret Cantik Naura Ayu, Anak Sulung Nola B3 yang Baru Rayakan Ulang Tahun ke-16!

Fauci dan Trump telah berdebat tentang rekomendasi Trump tentang hydroxychloroquine, obat anti-malaria, dan pernyataan lain yang dipertanyakan secara medis mengenai virus Corona.

Menurut buku itu, secara keseluruhan, lingkungan kerja pemerintahan AS memburuk saat pandemi berkecamuk.

Jurnalis Abutaleb dan Paletta menggambarkannya sebagai lingkungan beracun di mana seseorang bisa saja memenggal kepala atau mengancam dengan pemecatan.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler