Tes air liur digunakan untuk menyaring atau mendiagnosis berbagai kondisi dan status penyakit, termasuk penyakit Cushing, anovulasi, HIV, kanker, parasit, hipogonadisme, dan alergi.
Pengujian saliva telah digunakan oleh pemerintah AS untuk menilai perubahan ritme sirkadian pada astronot sebelum penerbangan dan untuk mengevaluasi profil hormonal tentara yang menjalani pelatihan bertahan hidup militer.
Sampel air liur ini akan stabil hingga 24 jam bila disimpan dengan kantong es atau pada suhu ruang.
Baca Juga: Gencar Telusuri Asal-usul Virus Corona, Tim Penyelidik WHO Kunjungi Pasar Hewan Wuhan
Sejumlah negara juga telah menggunakan tes saliva sebagai pengujian Covid-19.
Singapura, misalnya, telah menyetujui menggunakan alat tes Covid-19 dari Advanced MedTech Holdings untuk digunakan dalam menguji air liur dari dalam tenggorokan.
Selain Singapura, beberapa negara lain juga sudah menggunakan sampel air liur sebagai alat pendeteksi virus Corona, seperti Hongkong dan Taiwan.
Baca Juga: Kilas Balik Duel Panas Aroma Balas Dendam Liga Italia, Atlanta Jungkir Balik di Kandang
"Pasien hanya perlu mengeluarkan air liur dari dalam tenggorokan dan meludah ke dalam botol spesimen untuk tes," kata Advanced MedTech.***