Bersiap Lakukan Pemulihan Ekonomi, IMF Ajak Seluruh Negara Lakukan 'Pendakian Panjang'

- 7 Oktober 2020, 14:41 WIB
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva saat konferensi pers di Washington D.C., Amerika Serikat, pada 4 Maret 2020
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva saat konferensi pers di Washington D.C., Amerika Serikat, pada 4 Maret 2020 /Pikiran Rakyat/.*(foto Pikiran Rakyat)

PR CIREBON - Tak hanya di Indonesia, dampak buruk pandemi Covid-19 terhadap perekonomian terjadi di berbagai belahan dunia. Hal ini mengakibatkan kondisi ekonomi global memburuk. 
 
Setelah mengalami penurunan yang dahsyat, ekonomi global mau tidak mau harus merangkak menuju pendakian yang panjang untuk bisa pulih kembali. 
 
"Ketika ekonomi global secara bertahap pulih dari krisis Covid-19, semua negara menghadapi "pendakian panjang" - pendakian sulit yang akan "panjang, tidak rata, dan tidak pasti," kata Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara.
 
 
 
Pandemi Covid-19 telah membuat aktivitas ekonomi global mengalami penurunan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kuartal kedua tahun ini.
 
"Sekitar 85 persen ekonomi dunia terkunci selama beberapa minggu," kata Georgieva pada acara virtual yang diadakan oleh London School of Economics menjelang pertemuan tahunan IMF dan Kelompok Bank Dunia.
 
Pada Juni 2020, IMF merevisi perkiraannya untuk ekonomi global di tengah meningkatnya dampak Covid-19. IMF memproyeksikan PDB global turun sebesar 4,9 persen pada 2020, 1,9 poin persentase di bawah perkiraan April.
 
 
Dalam pidatonya, Georgieva mengatakan gambaran hari ini tidak terlalu mengerikan. 
 
"Kami sekarang memperkirakan bahwa perkembangan pada kuartal kedua dan ketiga agak lebih baik dari yang diperkirakan, memungkinkan revisi naik kecil pada perkiraan global kami untuk 2020," katanya.
 
Perkiraan yang diperbaharui akan dirilis secara resmi minggu depan. Namun sebelumnya, Georgieva lebih dulu mengingatkan agar seluruh Negara bersiap untuk melakukan pemulihan ekonomi. 
 
 
"Pemulihan yang lebih baik dari perkiraan sebagian besar disebabkan oleh langkah-langkah kebijakan yang luar biasa, yang telah meletakkan pijakan di bawah ekonomi dunia," kata Georgieva.
 
Menurut perkiraan IMF, pemerintah di seluruh dunia telah memberikan sekitar 12 triliun dolar AS dukungan fiskal kepada rumah tangga dan perusahaan-perusahaan, bersama dengan tindakan kebijakan moneter yang 'belum pernah terjadi sebelumnya'.
 
Terlepas dari revisi kenaikan perkiraan global, Ketua IMF mencatat bahwa ada kesenjangan yang luar biasa dalam kapasitas respons antara negara-negara maju dan negara-negara miskin, menambahkan bahwa negara-negara emerging markets serta negara-negara berpenghasilan rendah dan rapuh 'terus menghadapi situasi genting'.
 
 
"Ekonomi global sedang bangkit kembali dari kedalaman krisis. Tapi bencana ini masih jauh dari selesai," kata Georgieva, mencatat bahwa jalan ke depan diselimuti oleh "ketidakpastian yang luar biasa."
 
Dia menyoroti tingkat utang publik global yang mencapai rekor tertinggi, yang merupakan akibat dari respons fiskal terhadap krisis dan kerugian besar pada produksi dan pendapatan. IMF memperkirakan utang publik global akan mencapai sekitar 100 persen dari PDB pada 2020.
 
"Sekarang ada risiko kerusakan ekonomi yang parah akibat kehilangan pekerjaan, kebangkrutan, dan gangguan pendidikan," kata Georgieva.
 
 
Karena hilangnya kapasitas ini, pemberi pinjaman multilateral memperkirakan output global tetap jauh di bawah proyeksi pra-pandemi 'dalam jangka menengah'.
 
Ketua IMF mencatat ada risiko naik dan turun pada prospek. Kemajuan yang lebih cepat dalam tindakan kesehatan, seperti vaksin dan pengobatan, dapat mempercepat pendakian. Tapi bisa juga bertambah parah, apalagi jika terjadi peningkatan wabah parah yang signifikan.
 
Georgieva menjabarkan empat prioritas langsung bagi pemerintah-pemerintah untuk menghadapi krisis dan mendorong transformasi, yakni:
 
1. Mempertahankan kesehatan masyarakat
2. Hindari penarikan dukungan kebijakan secara dini,
3. Mengadopsi kebijakan fiskal yang fleksibel dan condong ke depan
4. Merestrukturisasi utang - terutama di negara-negara berpenghasilan rendah.
 
 
IMF telah memberikan pembiayaan dengan kecepatan dan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada 81 negara, mencapai lebih dari 280 miliar dolar AS dalam bentuk komitmen pinjaman - lebih dari sepertiga dari yang disetujui sejak Maret.
 
Dia juga mendesak para pembuat kebijakan untuk membangun ekonomi yang lebih tangguh, ekonomi yang lebih hijau, lebih cerdas, lebih inklusif dan lebih dinamis, mencatat bahwa pendakian yang sulit membutuhkan jalur baru ke gunung.
 
"Kami tahu bahwa generasi-generasi sebelumnya memiliki keberanian dan tekad untuk mendaki gunung yang mereka hadapi. Sekarang giliran kami, inilah gunung kami," kata ketua IMF itu.***
 

Editor: Nur Annisa

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x