Kabar Warga NU Tidak Diperbolehkan Bersekolah di Muhammadiyah, Ketum Pemuda Muhammadiyah Berikan Penjelasan

- 7 Maret 2020, 18:12 WIB
LOGO Muhammadiyah.*
LOGO Muhammadiyah.* /PWMU.CO/


PIKIRAN RAKYAT - Indonesia memiliki dua organisasi masyarakat (ormas) islam, yakni Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah, sebagaimana diketahui terkadang keduanya sering memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menjalankan syariat islam.

Meskipun banyak pandangan yang bersebrangan di antara keduanya dalam sudut pandang syariat islam, namun dua organisasi masyarakat ini tetap menjaga sikap toleransi serta tidak berat sebelah.

Namun perlu diketahui, terkait dunia pendidikan NU dan Muhammadiyah mempunyai sistem mengajar yang cukup berbeda.

Baca Juga: Diduga Ada Hal yang Tak Biasa, Remaja yang Membunuh Bocah Berumur 5 Tahun Merasa Puas dengan Tindakannya

Warga Nahdliyin memaknai pendidikan tidak semata-mata sebagai sebuah hak, melainkan juga kunci dalam memasuki kehidupan baru.

Sehingga ada dua lembaga pendidikan yang dibuat oleh warga Nahdliyin, yaitu sekolah atau madrasah dan pesantren.

Berbeda dengan NU, Muhamadiyah yang warganya banyak mengenyam pendidikan formal mempunyai kesan lebih rasional dan objektif.

Muhammadiyah memiliki fasilitas pendidikan lebih dari 5.000 dengan rincian 4.623 TK/TPQ, 2.604 SD/MI, I.772 SMPT/MTs dan 1.143 SMA/SMK/MA di Indonesia.

Sedang jumlah lembaga pendidikan yang di klaim berafiliasi dengan Nahdatul Ulama lebih dari 31 universitas, 48 ribu dari SD smapai SMA, dan 23 ribu pesantren.

Baca Juga: Gencar Lakukan Pembangunan Infrastruktur, Muhadjir Effendy Sebut Jalan Tol di Cirebon Harus Bisa Tumbuhkan Ekonomi

Namun, beredar kabar baru-baru ini terkait adanya imbauan Ketua UMUM PP Pemda Muhammadiyah Sunanto alias Cak Nanto, warga Nahdlatul Ulama (NU) untuk tidak belajar di sekolah milik Muhammadiyah, tak hanya itu warga NU juga diminta untuk tahu diri.

Kabar tersebut beredar dengan menampilkan sebuah foto Cak Nanti sang tokoh Muhammadiyah disertasi dengan narasi yang sempat menghebohkan para tokoh islam di Indonesia.

"imbauan untuk warga NU, untuk tidak sekolah di sekolah Muhammadiyah karena Muhammadiyah ingin menjaga kondusifitas dan aset milik kami, Tolong warga NU tepo sliro dan Tahu diri," dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari tangkapan layar berita yang beredar.

Sontak, pernyataan ini mengundang beragam tanggapan, karena hal ini dapat memperkeruh suasan persatuan dan kesatuan yang telah dibangun oleh kedunya sejak lama.

Sehingga beberapa tokoh terkait, langsung melakukan klarikfikasi melaui akun Instagram pribadi miliknya.

Baca Juga: Terinspirasi Film Chucky hingga Slender Man, Seorang Remaja di Jakarta Tega Habisi Nyawa Bocah Berumur 5 Tahun

Namun, sebelum dilakukan klarifikasi muncul sebuah tanggapan akun Twitter @PPPemuda, yang diduga dimiliki oleh organisasi yang diketuai oleh Cak Nanto.  

"Ini HOAX," tulis akun Twitter @PPPemudaMU, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com.

Hal itu menanggapi sebuah cuitan Twitter dari @AcmMubdi yang bertanya tentang kebenaran imbauan tersebut.

"Iki yo bahasamu to? (ini juga bahasamu benar kan?), serius nanya," tanya seorang warganet melalui akun Twitter @AcmMubdi.

Pernyataan yang sama juga diklarifikasi oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah melalui akun Twitternya @HaedarNs.

Baca Juga: Muhadjir Effendy Luruskan Nama Satuan Tugas Covid -19 di Daerah, Bukan Crisis Center Melainkan Gugus Tugas

"Gambar dan statement yang beredar di media sosial tersebut, tidak dapat dipertanggungjawabkan atau bohong.

"Selama ini hadirnya lembaga pendidikan, kesehatan, dan sosial Muhammadiyah untuk semua kelompok dan golongan, tidak terbatas pada suku, agama, dan kelompok tertentu," ujar Haedar Nashir pada Jumat, 6 Maret 2020.

Ini juga dipertegas juga oleh Cak Nanto melalui akun twitter pribadinya @caknanto.

"Hari ini, saya bertemu Cak Adung (Sekjend GP Ansor). Selain bersilaturahim, saya sedikit berdiskusi terkait kesalahpahaman yg belakangan muncul. Alhamdulillah, dengan terbukanya ruang dialog ini dapat meminimalisir kesalahpahaman yg ada," tulis akun Twitter @caknato.

Maka berdasarkan hasil penelusuran tersebut, dapat dipastikan bahwa kabar ini masuk dalam kategori konten palsu atau hoaks.***

Editor: Rahmi Nurlatifah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x