Baca Juga: Penjagaan Ketat Dilakukan, Misa Natal Gereja Katedral Makassar Dan Denpasar Bali Batasi 500 Jemaat
Hal tersebut tidak bisa dibuat main-main lantaran sebuah bunga yang lebih tinggi itu dapat membuat sebuah ekonomi akan berubah.
Sebab, adanya perbedaan selisih sedikit saja dalam beberapa tahun akan menghasilkan sebuah hasil yang sangat besar.
"Jangan main-main. Perbedaan, selisih bunga 2 persen saja selama 10 tahun. Misalnya kita pinjam 10 dolar, 2 persennya itu tambahan bunganya itu sepertiganya. Siapa yang bayar? Rakyat kita," ujar Bang Rizal.
Baca Juga: Kini Huni Tahanan Polda Metro Jaya, Habib Rizieq Ternyata Tetap Dipantau Polisi
Oleh sebab itu, kebijakan dalam utang piutang dan bunga yang tinggi tidak pernah dilakukan oleh negara lain karena cukup beresiko.
Terlebih lagi, pada negara tetangga seperti Singapura hingga bahkan Jepang dan Tiongkok tidak melakukan kebijakan tersebut.
Sebab, tidak ada di seluruh dunia ini jika Menteri Keuangan Negara tersebut melakukan pinjaman dengan bunga yang mahal.
Baca Juga: NIK KTP Tidak Terdaftar di eform.bri.co.id? Tetap Bisa Dapat BLT UMKM Rp 2,4 Juta dengan Langkah Ini
"Misalnya menteri keuangan Singapura, Jepang, China kalau pinjam dia tekan semurah mungkin bukan semahal mungkin," ucap Bang Rizal.