Laut Cina Selatan Kembali Bergejolak, MPR: Pemerintah Perlu Beri Perhatian Khusus untuk Natuna Utara

3 Agustus 2020, 12:49 WIB
Tangkapan layar video di Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau.* /ANTARA/Dinas Penerangan Komando Armada I TNI AL/

PR CIREBON - Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Demokrat, Syarief Hasan, mendorong pemerintah untuk meningkatkan kesiapsiagaan terkait memanasnya Laut Cina Selatan.

Pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian khusus untuk Laut Natuna Utara yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan.

"Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap Natuna Utara," kata Syarief Hasan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara.

Baca Juga: Ganjil Genap di Jakarta Mulai Berlaku, MRT Tambah Jam Operasional hingga Kepadatan KRL Stabil

Konflik Laut Cina Selatan diakibatkan oleh perseteruan antara dua negara besar yakni Tiongkok dan Amerika Serikat (AS).

Tiongkok yang membuat klaim sepihak terhadap Laut Cina Selatan berdasarkan nine dash line menyebabkan Amerika Serikat turut ikut campur.

Menurut Syarief Hasan, kondisi ini juga mungkin berpotensi menjadi perang terbuka di Perairan Laut Cina Selatan.

Baca Juga: Masih Berjalan, Uji Klinis Kandidat Imunomodulator Herbal Indonesia Berhasil Rekrut Subyek ke-90

Anggota Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan ini menegaskan agar pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap Natuna Utara.

Menurutnya, militer di Natuna Utara secara khusus dan Indonesia secara umum harus ditingkatkan untuk mempertahankan wilayah Indonesia, terutama jika ada gangguan atau melewati atau masuk wilayah Indonesia saat sewaktu-waktu terjadi perang terbuka.

"Indonesia tidak menginginkan terjadi adanya perang terbuka di Laut Cina Selatan karena seluruh negara Asia Tenggara akan merasakan dampaknya, termasuk Indonesia. Sehingga, untuk itu perlu perhatian khusus dalam membangun kekuatan militer untuk meminimalisir bahkan mencegah terjadi perang terbuka," ujar Syarief Hasan.

Baca Juga: Beri Hadiah untuk Penggemar Jelang Bubar, 1the9 Siapkan Mini Album Betajuk 'Good Bye 1THE9'

Dia mengatakan potensi perang terbuka memang semakin terlihat ketika Amerika Serikat mengirim dua kapal induknya, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan ke Laut Cina Selatan untuk menjalani latihan tempur.

Tak hanya dua kapal induk, Angkatan Laut Amerika Serikat juga mengerahkan dua kapal penjelajah dan dua kapal perusak dalam latihan yang digelar pada 23 Juli 2020.

Dia mengatakan, Tiongkok juga melakukan latihan militer dua hari setelah latihan gabungan Amerika Serikat, Australia, dan Jepang selesai digelar.

Baca Juga: Siap Luncurkan Fitur Langganan Berbayar, Twitter Mulai Lakukan Survei pada Pengguna Setia

Tiongkok yang sejak awal membangun pangkalan militer di pulau buatan di Laut Cina Selatan mengirimkan dua pesawat pembomnya untuk menggertak Amerika Serikat dan Australia di Laut Cina Selatan.

Syarief Hasan melanjutkan, Indonesia harus membangun kekuatan militer untuk memberikan rasa aman, dan menguatkan pertahanan Indonesia terutama di perbatasan.

Meski demikian, ia menilai Indonesia harus mengedepankan diplomasi untuk menghindari potensi terjadi, terutama di Laut Cina Selatan yang berbatasan dengan Perairan Natuna Utara.

“Pemerintah harus mengambil pembelajaran diplomasi ala SBY dengan semangat million friends and zero enemy. Akan tetapi, jika memang terpaksa ada perang terbuka, maka Indonesia juga harus memperkuat militernya untuk melindungi wilayah Indonesia dari dampak perang," ujar Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.***

 
Editor: Nur Annisa

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler