Berdasarkan tujuan ini, Nadoman dipandang sebagai media dakwah yang efektif, khususnya karena bentuk tersebut dapat memudahkan pembelajar dalam mengingat isi ajaran yang terdapat di dalamnya.
Melalui Nadoman, ajaran Islam diajarkan dengan cara seni, melalui nada nyanyian terus diulang-ulang pada setiap kesempatan sehingga dengan mudah dihapal.
Di pesantren-pesantren, kegiatan seperti ini umum dilakukan pada saat sebelum shalat dan sebelum belajar mengaji, dengan lantunan yang lembut dan indah sehingga terekam cukup lama di dalam ingatan para santri atau yang mendengarkannya.
Di tengah berbagai media pembelajaran lainnya yang berkembang di Kuningan saat ini, penggunaan Nadoman sebagai media dakwah masih banyak ditemukan.
Nadoman Isra Miraj hingga saat ini masih dibacakan, utamanya pada acara peringatan Isra’ Miraj dan Maulid Nabi (muludan).
Baca Juga: Ramalan Horoskop Cinta Hari Ini, Kamis, 11 Maret 2021: Leo Belum Siap Membuka Hati
Menukil buku ‘Kontribusi Islam dalam Sastra’ karya Titin Nurhayati Ma’mun tahun 2009, dijelaskan bahwa di dalam sastra Arab istilah nazham (Sunda: nadom) memiliki kesamaan dengan syi’r (syair).
Baik itu, dari sisi adanya penggunaan pola metrum (wazan/bahr) dan persajakan (qafiyah), tetapi dibedakan dari sisi kemampuan visual-imajinatifnya.
Syi’r sangat menekankan aspek kemampuannya dalam mempengaruhi keadaan hati pembacanya, sedangkan nazham tidak menekankan aspek tersebut.