Tiongkok menguasai Tibet pada 1950 dalam apa yang digambarkannya sebagai “pembebasan damai” untuk membantu wilayah Himalaya yang terpencil itu meninggalkan masa lalu “feodalnya”.
“Orang-orang dari semua kelompok etnis di Tibet adalah bagian dari keluarga besar bangsa Tiongkok, dan sejak pembebasan damai, Tibet telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang makmur dan sejahtera,” ujar Zhao.
Baca Juga: Ditemukan Biji Plastik dalam Beras Bulog di Purwakarta, Dedi Mulyadi: Memberi Ancaman pada Kesehatan
Setiap orang di Tibet menikmati kebebasan beragama dan hak-hak mereka dihormati sepenuhnya, tambahnya.
Namun para kritikus, yang dipimpin oleh pemimpin spiritual yang diasingkan, Dalai Lama, mengatakan aturan Beijing sama dengan “genosida budaya”.
Pada Juli, Pompeo mengatakan AS akan membatasi visa untuk beberapa pejabat Tiongkok yang terlibat dalam memblokir akses diplomatik ke Tibet dan terlibat dalam “pelanggaran Hak Asasi Manusia.” Dirinya menambahkan bahwa Washington mendukung “otonomi yang bermakna” untuk Tibet.
Baca Juga: Vanessa Angel Dituntut Enam Bulan Penjara Atas Kepemilikan Psikotropika 20 Butir Pil Xanax
Meski begitu, Trump yang tidak seperti pendahulunya Barack Obama, belum pernah bertemu Dalai Lama selama masa kepresidenannya.***