1.000 Infeksi Baru Tiap Hari, Media Australia Sebut Indonesia akan Jadi Hotspot Covid-19 Dunia

- 23 Juni 2020, 10:34 WIB
Positif covid-19
Positif covid-19 /

PR CIREBON - Indonesia mendadak dapat sorotan di negeri sebelah, Australia. Ini terjadi setelah media Australia, The Sydney Morning Herald (SMH) dengan berani menyebut Indonesia sebagai hotspot atau pusat Covid-19 dunia.

Tulisan karya James Masola dengan judul 'The World Next Coronavirus hotspot is emerging next door' telah terbit pada 19 Juni 2020 lalu. Tulisan itu memuat pengamatan kurva penularan Covid-19 yang berbeda di Indonesia dari kebanyakan negara Asia Tenggara lainnya.

Dalam arti lain, saat kebanyakan negara di Asia Tenggara berhasil melandaikan kurva, Indonesia justru meningkatkan, sehingga media itu juga menyebut Pemerintah Indonesia telah gagal berperang melawan Covid-19.

Baca Juga: Gempa Dini Hari Landa Selatan Jawa, Pakar BMKG Sebut Akibat Perubahan Bentuk Batuan

Ini jelas menjadi kabar yang tak menyenangkan karena Indonesia seperti berada dalam ujung jurang. Bahkan, pemerintah Indonesia disebut

"Ketika perhatian dunia mengarah pada Amerika Serikat, India, Rusia, dan Brazil yang mencatat infeksi harian hingga puluhan ribu, Indonesia berada di bawah radar," demikian bunyi tulis SMH yang dikutip pada Selasa, 23 Juni 2020.

Tulisan pun berlanjut dengan mengeluarkan hasil pengamatan bahwa selama delapan dari 10 hari terakhir, SMH telah mencatat lebih dari 1000 infeksi baru setiap hari, dan hanya di bawah 1.000 pada dua hari lainnya.

Baca Juga: Amati Banyak PNS Tak Produktif Selama WFH, BKN Siapkan Ancaman Pemberhentian Massal

Bahkan, para epidemiologis pun khawatir jumlah kasus dapat melewati 60 ribu kasus dalam dua pekan mendatang, meski saat ini berada di angka 42.762 kasus.

Kemudian, SMH juga mengkritik tingkat tes Covid-19 di Indonesia begitu amat memprihatinkan, karena berada di posisi 163 dengan total 2.193 tes per satu juta orang. Sedangkan, ini jelas tak sebanding dengan tingkat kematian yang tinggi secara proporsional.

Alih-alih penanganan diperketat, Pemerintah Indonesia justru mulai melonggarkan pembatasan pergerakan publik yang diterapkan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Hal ini terlihat dengan transportasi umum, penerbangan, pusat perbelanjaan, gereja dan masjid mulai dibuka di kota-kota, termasuk di DKI Jakarta

Baca Juga: Jadi Paling Rendah Infeksi Virus Corona di Pulau Jawa, Jabar Larang Wisatawan Jakarta Masuki Puncak

Padahal Reuters melaporkan ada ratusan anak di Indonesia yang diyakini meninggal karena Covid-19. Secara resmi, ada 380 anak yang meninggal dalam klasifikasi "orang dalam pemantauan" yang berarti mereka menunjukkan gejala virus tetapi belum diuji.

Dengan demikian, Pemerintah Indonesia disebut SMH sebagai negara yang buruk dalam menangani pandemi Covid-19.

"Hampir sejak awal, pemerintah Indonesia telah menangani pandemi ini dengan buruk," demikian bunyi tulisan SMH.

Baca Juga: Nodai Wanita Berketerbelakangan Mental, 3 Security Rumah Sakit Swasta di Kalideres Dibekuk Polisi

Ini didasarkan pada respon Pemerintah Indonesia yang sangat mengerikan saat mengetahui keberadaan virus corona di dunia. Mulai dari Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto yang menyatakan sejak awal bahwa kekuatan doa akan melindungi negara.

Kemudian berlanjut dengan pengakuan Presiden Joko Widodo bahwa informasi Covid-19 telah dirahasiakan dari publik untuk menghindari bahaya. Sedangkan, ada banyak penguncian yang tertunda, larangan orang mudik selama liburan keagamaan, tingkat pengujian yang buruk dan sekarang pelonggaran pembatasan karena jumlah kasus meningkat.

"Butuh waktu hingga 2 Maret bagi pemerintah(Indonesia) untuk bahkan mengakui kasus pertamanya meskipun banyak bukti awal yang bertentangan," demikian bunyi tulisan SMH.

Baca Juga: Bisa Timbulkan Efek Berbahaya, Singapura Larang Penggunaan Dexamethasone untuk Pasien Covid-19

Mengakhiri tulisan, SMH menilai Pemerintah Indonesia saat ini hanya memiliki dua pilihan. Pertama, mengambil langkah-langkah yang jauh lebih kuat untuk menghentikan penyebaran penyakit, termasuk meningkatkan pengujian dan menerapkan kembali penguncian. Kedua, tetap mengeluarkan kebijakan yang aneh dengan risiko mengorbankan nyawa masyarakat Indonesia.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: REUTERS The Sydney Morning Herald


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x