PR CIREBON — Salah satu peeraturan di sejumlah daerah di Indonesia, mewajibkan siswi sekolah untuk wajib memakai jilbab.
Kemudian, munculnya masalah trauma yang dialami oleh salah seorang perempuan terkait pemaksaan menmakai jilbab pun menjadi sorotan media asing.
Reuters, sebuah kantor berita yang bermarkas di London, Inggris, baru-baru ini membuat pemberitaan tentang masalah trauma yang dialami seorang perempuan Indonesia.
Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 15 Dibuka, Berikut Langkah-langkah Pendaftarannya
Dan, kajian HAM mengenai peraturan pemakaian jilbab untuk siswi sekolah.
Dikisahkan, Ifa Hanifah Misbach saat berusia 19 tahun ketika ayahnya meninggal, dan keluarganya mengatakan kepadanya bahwa dia tidak akan masuk surga, karena dia menolak untuk mengenakan jilbab atau penutup kepala bagi perempuan Muslim.
Ifa Hanifah Misbach sekarang bekerja sebagai psikolog di Bandung, Jawa Barat, di mana dia telah membimbing puluhan gadis Indonesia yang mengalami pengucilan, intimidasi, dan diancam dengan peraturan dari sekolah karena mereka juga menolak untuk memakai cadar.
Baca Juga: Resep Shakshuka Khas Daerah Syam, Olahan Telur yang Cocok untuk Makan Malam
“Dampak dari tekanan agama, terutama memakai jilbab, saat masih muda, terasa seperti tidak ada ruang bernapas.
"Saya ingin melarikan diri," kata Ifa Hanifah Misbach, menggunakan istilah hijab yang lebih umum digunakan di Indonesia, dalam laporan HAM dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters.