Sampah Luar Angkasa Menumpuk, Jepang Rencanakan Buat Satelit dari Kayu

- 2 Januari 2021, 15:42 WIB
Ilustrasi luar angkasa.
Ilustrasi luar angkasa. /PIXABAY/Free-Photos/

PR CIREBON - Peneliti Jepang dilaporkan tengah mengerjakan teknologi satelit yang akan menggunakan komponen kayu untuk menghilangkan sampah luar angkasa yang berlebihan.

Hal itu juga memungkinkan benda-benda yang masuk kembali ke atmosfer Bumi akan terbakar.

Sumitomo Forestry, perusahaan pertukangan Jepang yang telah berusia 400 tahun, bermitra dengan Universitas Kyoto bersama-sama mengembangkan teknologi tersebut.

Baca Juga: Bukti Pemerintah Serius Akhiri Pandemi, 1,8 Juta Vaksin Covid-19 Kembali Tiba di Tanah Air

NASA memperkirakan lebih dari satu dekade lalu bahwa 95 persen objek buatan manusia di orbit adalah sampah luar angkasa.

Mereka berasal dari satelit yang sudah tidak berfungsi, tahapan roket yang dibuang, dan materi misi yang dibuang lainnya.

Menurut Badan Antariksa Eropa, sebagian besar berukuran relatif kecil, Dari 128 juta keping puing di orbit, hanya sekitar 34.000 benda yang berukuran lebih besar dari 10 cm.

Baca Juga: Peringati Setahun Kematian Jenderal Iran Soleimani oleh AS, Iran akan Perjuangkan sampai Peradilan

Akan tetapi, ketika benda yang lebih besar bertabrakan, mereka menghasilkan banyak sekali benda yang lebih kecil. 

Selain itu, mereka dapat melakukan perjalanan lebih dari 20.000 mph, bahkan membuat partikel kecil menjadi berbahaya.

Menurut Union of Concerned Scientists, yang mengelola database satelit, ada juga sekitar 2.800 satelit yang masih berfungsi beredar di orbit.
 
Baca Juga: Drone Kapal Asing Masuk Wilayah Indonesia, DPR: Perlu Modernisasi Peralatan Deteksi Bawah Laut

Pemerintah dan perusahaan antariksa memiliki rencana untuk meluncurkan ribuan satelit lagi di masa depan.

Para ahli merasa khawatir bahwa terlalu banyak sampah di orbit akan dapat mempersulit peluncuran di masa depan, mungkin juga mempersulit jendela jalur penerbangan.

Benda yang berukuran lebih besar yang jatuh dari orbit juga berbahaya bagi kehidupan di darat.
 
Baca Juga: WNA Dilarang Masuk Indonesia, Azis Syamsuddin Sebut Mendukung, Ancaman Varian Baru Virus Ini Nyata

Sampah luar angkasa mengancam satelit dan memiliki potensi yang mematikan bagi para astronot.

Beberapa peluncuran dari negara-negara yang kurang mempedulikan protokol keselamatan, dapat mengirimkan sejumlah besar material untuk meluncur kembali ke Bumi.

Pada bulan Mei, inti roket dari Tiongkok menghujani Afrika Barat. Jika inti roket itu masuk kembali beberapa menit sebelumnya, bisa saja akan menabrak New York City.
 
Baca Juga: Pasien Rawat Inap di RSD Wisma Atlet Berkurang, Isolasi Mandiri Bertambah

Sementara Satelit kayu akan hancur sama sekali, bukannya terhempas kembali ke permukaan atau meninggalkan partikel dalam bentuk logam kecil yang bisa menembus tabir luar angkasa, panel surya, atau pesawat ulang-alik di masa depan.

"Kami sangat prihatin dengan fakta bahwa semua satelit yang masuk kembali ke atmosfer bumi terbakar dan menciptakan partikel alumina kecil yang akan mengapung di atmosfer atas selama bertahun-tahun," kata profesor Universitas Kyoto dan astronot Jepang Takao Doi, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.cm dari New York Post.

Dia menambahkan bahwa pada akhirnya hal itu akan sangat memengaruhi lingkungan di Bumi.
 
Baca Juga: MDF Resmi Jadi Tersangka Parodi Lagu Indonesia Raya, Kasusnya Berawal dari platform Youtube

Pada bulan Oktober, dua buah sampah luar angkasa hampir bertabrakan 615 mil di atas bumi.

Salah satunya adalah satelit Rusia yang sudah tidak dapat dioperasikan yang diluncurkan pada tahun 1989, dan yang lainnya adalah roket China dari tahun 2009.

Benda-benda itu lewat dalam jarak 39 kaki satu sama lain dalam jarak hampir meleset, tetapi tabrakan bisa memecahnya menjadi ribuan keping lalu menimbulkan risiko tabrakan lebih banyak dengan benda lain.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x