SABACIREBON -- Struktur Ekonomi Indonesia saat ini, dilihat dari pelakunya menunjukkan bentuk atau struktur piramidal, yaitu pelaku ekonomi yang berada di posisi puncak, terdiri dari perusahaan besar yang jumlahnya hanya 0,01% atau terkecil.
Sebaliknya mayoritas pelaku ekonomi terbesar atau 99,99% justru berada di dasar piramida, yaitu pelaku-pelaku ekonomi berupa perusahaan mikro, kecil dan menengah, demikian disampaikan Prof. Dr. Maman Suratman, dalam orasi ilmiah pada sidang terbuka Senat Akademik Universitas Widyatama, Kamis 1 Februari 2024.
Dalam orasi ilmiah pengukuhan dirinya selaku Guru Besar pada sidang terbuka Senat Akademik, dipimpin Rektor Widyatama, Prof. Dr. Dadang Suganda, Prof. Maman menilai struktur piramidal seperti itu, lemah karena tidak mengakar pada rakyat.
Dikatakan, struktur semacam itu juga rapuh dilihat dari kepentingan nasional sebagai sebuah bangsa yang mencita-citakan kehidupan yang sejahtera, demokratis, adil dan makmur bagi semua orang.
Berdasarkan data statistik Kementeriaan Koperasi dan UKM tahun 2019 di Indonesia, memnunjukkan dari 64,20 juta UMKM, sebanyak 63,96 juta merupakan usaha mikro, 0,23 juta usaha kecil dan usaha menengah serta sisanya sebesar 0,006 juta usaha besar.
Baca Juga: Menkopolhukam Machfud MD dan Jaleswari Pramodhawardani Mengundurkan Diri
Struktur yang ideal adalah struktur belah ketupat, yaitu gemuk di tengah dan lancip di bagian atas dan bawah. “Struktur ini mengindikasikan bahwa pengusaha-pengusaha menengahlah yang dominan, yang juga mengindikasikan kehidupan berdemokrasi yang kondusif dan ideal karena ditopang kelas usaha menengah yang kuat,” jelasnya di hadapan undangan yang hadir pada acara pengkuhukannya itu.
Pada struktur piramidal, menurutnya peluang terjadinya ketimpangan ekonomi dan sosial sangatlah besar. Hal ini karena kemungkinan yang terjadi adalah sekelompok kecil pengusaha menguasai sebagian besar “kue” nasional yang dihasilkan (Kurva Lorenz; 20% penduduk menguasai 80% pendapatan Nasional, atau sebaliknya 80% penduduk hanya menikmati 20% pendapatan nasional).
Usaha Mikro Kecil yang jumlahnya besar ternyata tidak otomatis menghasilkan kekuatan, karena Usaha Mikro Kecil pada umumnya menghadapi sejumlah masalah yang menghambat pertumbuhannya, jelasnya dengan menambahkan: “Masalah tersebut antara lain sulitnya akses terhadap sumber permodalan, pemasaran, penguasaan teknologi dan informasi, serta lemahnya kualitas sumber daya manusia>”