Indonesia Dipilih Jadi Pusat Produksi Vaksin Covid-19 Asia Tenggara oleh Tiongkok, Peneliti: Berkah

- 3 November 2020, 10:14 WIB
Ilusrasi percobaan vaksin
Ilusrasi percobaan vaksin /freepik/benzoix
PR CIREBON - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan beberapa waktu lalu bertemu dengan Menlu Tiongkok, Wang Yi untuk melakukan kerja sama terkait vaksin Covid-19, tepatnya pada 9-10 Oktober 2020.
 
Selepas pertemuan itu, Menlu Wang Yi mengatakan dalam siaran pers bahwa Tiongkok mendukung Indonesia untuk menjadi pusat produksi dan distribusi vaksin Covid-19 di wilayah Asia Tenggara.
 
"Kami akan mendukung perusahaan kami untuk meningkatkan kerja sama, khususnya berbagi teknologi dan pengalaman, supaya Indonesia bisa menjadi pusat produksi vaksin di kawasan Asia Tenggara," ujar Wang pada Minggu, 11 Oktober 2020 lalu.
 
 
Lalu apa manfaatnya jika Indonesia menerima tawaran dari Tiongkok untuk menjadi pusat produksi vaksin Covid-19 di wilayah Asia Tenggara?
 
Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Conversation, Anda Nugroho selaku Peneliti pada Badan Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan RI menilai ada sejumlah manfaat ekonomi apabila Indonesia menjadi pusat produksi dan distribusi vaksin Covid-19.
 
Statistik perdagangan Bank Dunia mencatat bahwa Indonesia adalah eksportir vaksin terbesar di Asia Tenggara. Jika akhirnya Indonesia menerima tawaran dari Tiongkok, bukan tidak mungkin akan ada banyak penciptaan lapangan kerja baru.
 
 
"Perluasan industri tersebut dapat mendatangkan lebih banyak lapangan pekerjaan baru, meski jumlahnya kecil dibandingkan dengan 3,5 juta pekerjaan yang hilang selama pandemi," tulis Nugroho dalam The Conversation.
 
Nugroho menambahkan, berdasarkan perjanjian kedua negara, Indonesia tidak hanya menjadi penyalur vaksin dari Cina untuk kawasan Asia Tenggara, namun juga berpartisipasi dalam proses produksi vaksin tersebut yang melibatkan bahan lokal. Artinya, Indonesia dapat menghemat devisa untuk impor vaksin.
 
"Dengan memproduksi vaksin Covid-19 secara lokal, kebutuhan devisa impor dapat ditekan sehingga membantu memperbaiki neraca dagang kita," tulisnya.
 
 
Jika Indonesia dapat menjual vaksin Covid-19 dengan unsur bahan lokal ke negara-negara Asia Tenggara lainnya, maka tentu saja produk vaksin tersebut akan menghasilkan pendapatan bagi Indonesia.
 
Nugroho menambahkan, ada beberapa tantangan besar yang harus diatasi, yakni pertama, ketidaksesuaian antara kapasitas produksi dalam negeri dan kebutuhan pasar di Asia Tenggara.
 
Saat ini Bio Farma memiliki kapasitas produksi 100 juta dosis vaksin dalam setahun. Perusahaan ini sedang berinvestasi sebesar US$ 88,6 juta untuk meningkatkan kapasitas produksinya hingga 250 juta dosis setahun pada 2021.
 
 
 
Mengingat setiap orang akan membutuhkan setidaknya dua dosis, produksi vaksin tahunannya hanya akan cukup untuk 125 juta orang.
 
"Bahkan dengan kapasitas yang telah ditingkatkan, Indonesia masih membutuhkan waktu beberapa tahun untuk memasok kebutuhan pasar domestik dan juga Asia Tenggara," tulis Nugroho.
 
Sejauh ini, kapasitas industri saat ini memang diprediksi tidak akan cukup untuk memproduksi vaksin Covid-19 hingga 2024.
 
 
Tantangan kedua adalah meningkatkan kandungan dalam negeri dalam produksi vaksin Covid-19. Jika Indonesia hanya berkontribusi pada proses pengemasan, maka nilai tambah domestik yang diperoleh akan relatif kecil. 
 
Dengan dukungan dari Tiongkok, tulis Nugroho, pandemi Covid-19 ini dapat menjadi berkah bagi industri vaksin Indonesia untuk memasuki pasar Asia Tenggara.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: The Conversation


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x