Penyaringan terhadap udara yang masuk ke dalam masker akan menggunakan bantuan elektrostatik untuk membantu menjebak partikel virus dan bakteri.
“Jadi kalau si virus atau bakteri tadi tanpa ada bantuan elektrostatik dia bisa lolos, jadi kita ‘trapping’, makanya nanti harus ada listrik di situ, nanti kita akan tanam baterai, ada baterai lithium ion di maskernya,” kata Deni.
Baca Juga: Pembahasan RUU Penyiaran Dilakukan DPR RI, Mahfud MD Minta KPI Kawal Prosesnya
Sinar UVC akan muncul ketika masker digunakan bukan pada saat masker disimpan atau tidak digunakan.
Untuk sistem memunculkan sinar UVC tersebut masih dalam konsep yang bisa memanfaatkan sensor khusus atau dibuat dengan menekan tombol tertentu untuk menyalakan.
Masker tersebut dilengkapi dengan baterai, sehingga dayanya dapat diisi ulang sewaktu-waktu dengan alat pengisi daya.
Baca Juga: Bertemu dengan Menag Fachrul Razi, IAIN Manado Bersiap Alih Status Jadi UIN
Masker dibuat dengan desain sedemikian rupa sehingga lebih ringan dan efektif, namun tetap dalam bentuk kompak atau kokoh.
“Nanti kami kombinasi di dalamnya dengan sinar UVC, tapi tetap kami buat desainnya ekonomis supaya tetap enak dipakai tidak terlalu berat dan juga efektivitas ‘killing’ (membunuh) bakteri dan virusnya jadi lebih bagus,” pungkasnya.***