Inovasi LIPI saat Pandemi, Desain Masker Elektrik Bunuh Covid-19 hingga Udara Masuk Terjamin

- 2 November 2020, 20:52 WIB
Seorang pegawai melintas di depan salah satu gedung Kantor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jalan Sangkuriang, Kota Bandung. /PR/Ade Bayu Indra
Seorang pegawai melintas di depan salah satu gedung Kantor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jalan Sangkuriang, Kota Bandung. /PR/Ade Bayu Indra /

PR CIREBON - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat ini tengah mengembangkan desain masker elektrik untuk membunuh Virus Corona penyebab Covid-19 saat udara masuk di dalam masker.

“Filtrasi kedua kami punya desain khusus, sehingga ketika udara yang dihirup itu akan benar-benar terjamin bakteri dan virusnya terbunuh,” kata Deni Shidqi Khaerudini, seorang peneliti LIPI yang terlihat dalam pengembangan masker elektrik kepada Antara di Jakarta, Senin 2 November 2020.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News, masker bertenaga baterai tersebut dirancang memiliki filter ganda, yakni filter pertama menggunakan tembaga berbentuk kasa atau jaring dengan ukuran mesh, dan filter keuda berbasis sterilizer vortex.

Baca Juga: PDAM Kudus Diduga Jual Posisi Jabatan, Ingin Jadi Pegawai Harus Dipungut Uang

Masker yang tidak perlu dicuci itu juga akan menggunakan sinar ultraviolet C (UVC), sehingga menyinari udara yang masuk dan juga membunuh virus dan bakteri.

“Jadi, ketika sebelum dihirup ibaratnya menjamin bahwa udara yang dihirup benar-benar ‘fresh’ sudah tidak ada bakteri dan virus,” tutur peneliti dari Pusat Penelitian Fisika LIPI itu.

Dengan filter ganda, masker tersebut mengusung konsep ‘trapping’ (menjebak) dan ‘killing’ (membunuh).

Baca Juga: Dicurigai Demo Kedubes Prancis Bawa Pistol hingga Diamankan, Ternyata Polisi Justru Dibuat Kaget

Ketika udara masuk, virus dan bakteri terjebak atau terperangkap di filter pertama yang berbasis tembaga. Lalu virus atau bakteri akan benar-benar terbunuh di filter kedua.

“Kami buat ‘double’ (ganda) filtrasi, pertama untuk perangkap virus dan bakterinya, yang kedua untuk ‘killing’ (membunuh) bakteri atau virusnya,” ujar Deni.

Penyaringan terhadap udara yang masuk ke dalam masker akan menggunakan bantuan elektrostatik untuk membantu menjebak partikel virus dan bakteri.

“Jadi kalau si virus atau bakteri tadi tanpa ada bantuan elektrostatik dia bisa lolos, jadi kita ‘trapping’, makanya nanti harus ada listrik di situ, nanti kita akan tanam baterai, ada baterai lithium ion di maskernya,” kata Deni.

Baca Juga: Pembahasan RUU Penyiaran Dilakukan DPR RI, Mahfud MD Minta KPI Kawal Prosesnya

Sinar UVC akan muncul ketika masker digunakan bukan pada saat masker disimpan atau tidak digunakan.

Untuk sistem memunculkan sinar UVC tersebut masih dalam konsep yang bisa memanfaatkan sensor khusus atau dibuat dengan menekan tombol tertentu untuk menyalakan.

Masker tersebut dilengkapi dengan baterai, sehingga dayanya dapat diisi ulang sewaktu-waktu dengan alat pengisi daya.

Baca Juga: Bertemu dengan Menag Fachrul Razi, IAIN Manado Bersiap Alih Status Jadi UIN

Masker dibuat dengan desain sedemikian rupa sehingga lebih ringan dan efektif, namun tetap dalam bentuk kompak atau kokoh.

“Nanti kami kombinasi di dalamnya dengan sinar UVC, tapi tetap kami buat desainnya ekonomis supaya tetap enak dipakai tidak terlalu berat dan juga efektivitas ‘killing’ (membunuh) bakteri dan virusnya jadi lebih bagus,” pungkasnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x