Sindir Dukungan Fahri Hamzah ke Anak dan Menantu Jokowi, Netizen: Macan Senayan Berubah Jadi Kucing

- 19 September 2020, 10:44 WIB
Wakil Ketua Umum Gelora Indonesia, Fahri Hamzah.
Wakil Ketua Umum Gelora Indonesia, Fahri Hamzah. /

PR CIREBON - Fahri Hamzah dikenal sebagai politisi yang gemar mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak sejalan dengan pemikirannya, kritikan-kritikan bernada pedas tersebut ia lontarkan saat ia masih menjadi anggota DPR dari fraksi PKS. Sehingga ia mendapat julukan sebagai Macan Senayan kala itu.

Akan tetapi, Fahri yang saat ini menjabat sebagai Wakil ketua Umum Partai Gelora berubah sikap. Ia tak lagi ikut serta ke dalam barisan yang selama ini memprotes keras terkait isu dinasti politik di panggung Pilkada. Malah, kini ia mendukung penuh terhadap isu dinasti politik tersebut.

Hal itu terlihat ketika Fahri mendukung  pencalonan dari putra dan menantu Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang ikut pencalonan di Solo, sementara itu Bobby Nasution ikut pencalonan di Medan.

Baca Juga: Para Pengkritik Anies Baswedan Diserang Balik, Pakar: Harus Belajar Hukum, Biar Hebatnya Ga Ngawur

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Warta Ekonomi, Keputusan resmi dukungan yang diberikan dari Partai Gelora ke Gibran dan Bobby itu sudah disuarakan, beberapa pekan lalu.

Atas dukungan tersebut, tak sedikit yang mengkritik sikap partai yang dipimpin oleh Anis Matta tersebut yang juga merupakan sobat karib Fahri ini.

Fahri pun menanggapi kritikan tersebut dan menegaskan bahwa dukungan tersebut bukan berarti melanggengkan dinasti politik kekuasaan.

"Dalam negara demokrasi, tidak akan terjadi dinasti politik," ujar Fahri.

Baca Juga: Tak Istimewa Ditugaskan Tekan Covid-19 di 9 Provinsi, Luhut: Hanya Manajer, Dibantu Epidemiolog

Ia melanjutkan, bahwa terkait kekuasaan demokratis tidak diwariskan melalui darah secara turun-temurun. Namun, dipilih berdasarkan prosesi politik. Artinya, belum tentu menang, belum tentu kalah.

Mantan Wakil Ketua DPR ini juga menjelaskan, bahwa satu-satunya dinasti politik yang tersisa saat ini di Indonesia, hanya Dinasti Hamengku Buwono di Yogyakarta.

Sementara itu, Fahri menuding, terkait orang-orang yang kontra dengan keputusan Gelora yang mendukung pencalonan Gibran dan Bobby tersebut, tidak mengerti konsep dinasti atau oligarki politik.

"Pasti nggak baca itu teori-teori terminologi dinasti politik,"tuturnya.

Baca Juga: Anies Baswedan Diminta Buat PSBB Mikro Serupa PSBMK Bogor, DPR: Penanganan Covid-19 Harus dari RW

Tidak hanya itu, Fahri juga menyindir, orang-orang yang selama ini meneriakkan dinasti politik hanya berdasarkan sumber dari media sosial alias medsos. Kemudian berkembang menjadi percakapan di pinggir jalan yang tidak berkualitas.

"Orang bodoh itu, tidak hanya di Istana, tapi juga di pinggir jalan, karena tidak berkualitas," ucapnya.

Fahri pun menyarankan kepada orang-orang yang kontra itu agar mempelajari terminologi dinasti politik dengan benar. Jangan karena kemarahan terhadap Jokowi, mereka mencomot terminologi asal itu di medsos.

"Itu tidak bisa kita pertanggungjawabkan di hadapan dunia akademik dan juga di hadapan Allah SWT," katanya.

Baca Juga: Bantah Aksi Penyembuhan Paksa Pasien Covid-19 hingga Tembus 4000 Orang, DPR: Dirawat Sesuai Aturan

Sikap Fahri kali ini, sangatlah berbeda dengan cuitannya di media sosial Twitter pada pertengahan Oktober tahun lalu. Saat itu, Fahri memberikan kritikan pedas terkait rencana Gibran yang ingin maju sebagai calon Walikota Solo.

Kata dia, selain dianggap belum matang, terjunnya anak dari Presiden Jokowi tersebut, akan memunculkan penilaian dari publik bahwa Jokowi ingin membangun dinasti kekuasaan.

"Santai ajalah. Berilah tenaga pada reputasi Presiden itu lebih penting sekarang," cuit @Fahrihamzah, Selasa 8 Oktober 2019 lalu.

Fahri mengingatkan, di seputar kekuasaan, feodalisme bisa membakar kredibilitas dan reputasi. Saat itu Gibran dianggap akan membebani reputasi Jokowi jika nekat maju dalam gelaran Pilkada. Tapi para "penjilat" membuatnya seperti sebuah pelayanan, seolah itu hal yang benar dilakukan.

Baca Juga: Tren Pasien Sembuh Covid-19 Surabaya Meningkat, Risma: Hotel Isolasi Kosong adalah Bukti

"Jangan mau diolok-olok oleh penjilat yang akhirnya merusak susu sebelanga, mendingan susu dibikin martabak saja. Eman-eman," imbuhnya.

Perbedaan sikap Fahri tersebut, tentu membuat geram netizen, seperti salah satu Akun @asong66 misalnya, menyindir dengan pantun ria. Mengibaratkan Fahri Hamzah yang dulu macan senayan berubah menjadi kucing penurut.

"Naik delman bareng dakocan, di jalan melindas keong. Fahri Hamzah dulu macan, sekarang jadi meong," kicaunya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x