Setuju Ucapan Cak Nun soal Tak Ada Islam Radikal, Musni Umar: Hindari Diksi yang Memecah Belah

- 26 Desember 2020, 10:08 WIB
Rektor Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Musni Umar.
Rektor Universitas Ibnu Chaldun (UIC) Musni Umar. /Instagram/@musni_umar.

PR CIREBON - Emha Ainun Nadjib mengatakan bahwa tidak ada Islam yang radikal.

Pria yang akrab disapa dengan Cak Nun tersebut juga meminta pihak pemerintah untuk menghentikan narasi yang menyebut Islam radikal.

Cak Nun menjelaskan, Islam mengajarkan rasa syukur bagi para penganutnya, serta menghadirkan kebaikan dan keadilan.

Baca Juga: Tanggapi Soal Covid-19, Fadli Zon: Pemerintah Indonesia Bisa Mencoba Import Vaksin Teruji Lainnya

Menanggapi hal tiu, Rektor Universitas Ibnu Chaldun Musni Umar menyatakan kesetujuannya atas pernyataan Cak Nun tersebut.

"Bahwa tidak ada Islam radikal, saya kira kalau kita memahami inti dari ajaran agama itu tidak ada yang seperti itu," kata Musni Umar, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari kanal Youtube Musni Umar pada Sabtu, 26 Desember 2020.

Menurutnya, fenomena yang ada di masyarakat adalah sebagai bentuk protes sosial yang disampaikan karena adanya perasaan diperlakukan secara tidak adil atau kurang mendapatkan keadilan.
 
Baca Juga: Singgung Anggaran Vaksinasi, Fadjroel Rachman: Ini Bukan Cost, Tapi Investasi Masa Depan

"Inilah yang sesungguhnya kita saksikan di masyarakat, itu yang pertama," ucapnya.

Ia melanjutkan, yang kedua adalah sudah tercantum di dalam Islam dengan apa yang disebut amar ma'ruf nahi munkar.
 
Manusia diperintahkan untuk menjadi umat yang mengajak berbuat kebaikan serta mencegah, melarang, dan menolak perbuatan yang tidak baik.
 
Baca Juga: Polemik Penundaan Piala Dunia U-20 2021, Menpora: Kami Hargai Keputusan FIFA

Contoh dari perbuatan yang tidak baik ada banyak sekali seperti zina, korupsi, merampok, dan macam-macam kejahatan lainnya termasuk juga menyebarkan narkoba, dan berbagai perbuatan yang bersifat merusak.

Musni menilai, di dalam masyarakat Indonesia tidak banyak yang lantang untuk melakukan nahi munkar. 
 
Sementara, mereka yang mengajak untuk amar ma'ruf, yang memerintahkan untuk berbuat kebajikan itu sudah banyak organisasi yang melakukannya.
 
Baca Juga: Sempat Positif Covid-19, Wajah hingga Leher Dewi Perssik Dipenuhi Bercak Merah

Musni mengatakan bahwa hampir semua orang dapat melakukan amar ma'ruf karena hampir tidak ada risiko yang terjadi. 
 
Akan tetapi ketika berbicara mengenai nahi munkar, mencegah, menolak, melarang, membicarakan yang tidak baik, dan perbuatan lainnya yang bersifat tidak baik itu tidak banyak.

Lebih lanjut, kata Musni, jika hal itu yang pada akhirnya malah menimbulkan masalah, bahkan mungkin saja malah dilaporkan karena telah mencemarkan nama baik, menghina, mengadu domba, dan lain sebagainya.

 
Musni menilai, fenomena itu yang saat ini terjadi di masyarakat Indonesia, memang ada yang berani dan lantang untuk melakukan nahi munkar tetapi tidak banyak.

"Mohon maaf saya ingin menyebutkan seorang ulama yang berani melakukan itu adalah Imam Besar Habib Rizieq Shihab," sambungnya.

Musni mengungkapkan, Habib Rizieq Shihab telah bersikap konsisten melakukan perbuatan yang tidak hanya amar ma'ruf tapi juga nahi munkar.
 
Baca Juga: Diduga Serangan Terorisme, Sebuah Bom Meledak di Nashville saat Natal

Sikap itu yang dinilainya membuat Habib Rizieq disenangi orang dan banyak yang menjadi pendukung setianya.

"Tetapi juga ada yang tidak setuju dengannya bahkan melaporkan untuk di penjara dan sebagainya. Itulah yang dirasakan oleh masyarakat kita," ungkapnya.

Musni menambahkan, penyebutan radikal Islam seharusnya dimaknai di dalam kerangka untuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar.
 

"Tidak ada itu radikal Islam, yang ada orang-orang yang menyeru kebaikan dan melarang hal yang tidak baik itu. Kalau menurut saya itulah yang terlihat di masyarakat," urainya.

Musni mengajak masyarakat untuk tidak menggunakan diksi kata dari radikal Islam atau radikalisme.
 
Hal itu yang digunakan oleh orang barat untuk merendahkan dan menjadikan Islam sebagai lawan.
 
Baca Juga: Soroti Video Dokter sebut Covid-19 Palsu, AM Hendropriyono: Mereka Umat Bumi Datar

Musni menyampaikan, apabila ada suatu kekuasaan yang tidak memiliki lawan maka akan dianggap tidak bisa kokoh. Karena itu harus diciptakan lawan yang sesuai agar tetap eksis di singgasana kekuasaan.

"Nah karena itu saya sependapat dengan apa yang disampaikan Cak Nun, untuk tidak menjadikan diksi radikalis Islam karena sejatinya itu tidak ada. Kenapa kita perlu menghindari diksi-diksi yang dianggap memecah belah umat Islam ini?," lanjutnya.

Musni mengungkapkan, suatu bangsa akan kuat dan kokoh manakala seluruh masyarakatnya dapat bersatu, dan bangsa Indonesia yang masyarakatnya majemuk ini harus dipersatukan, bukan hanya antar agama tapi juga antar internal agama.
 

***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: YouTube Musni Umar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x