ILC Episode Terakhir, Fahri Hamzah: Topik Ini Dipilih Karena Bom Waktu

- 16 Desember 2020, 15:06 WIB
Fahri Hamzah di acara episode perpisahan ILC TvOne, Selasa malam 15 Desember 2020.*
Fahri Hamzah di acara episode perpisahan ILC TvOne, Selasa malam 15 Desember 2020.* // /Twitter @ILCTV1/

PR CIREBON - Politisi Partai Gelora Fahri Hamzah menyatakan bahwa kemiskinan itu membawa orang kepada kekufuran, dan pembunuhan adalah sebuah tindakan kufur yang sangat fatal.

Dalam acara Indonesia Lawyers Club episode terakhir yang memiliki tema "Renungan Akhir Tahun: Dampak Tekanan Ekonomi. Ibu Bunuh Anak, Suami Bakar Istri”. Fahri Hamzah yang diundang sebagai narasumber mengatakan bahwa dia memahami apa yang dialami oleh masyarakat, Rabu 16 Desember 2020.

"Jadi saya mengerti bagaimana apa yang dialami oleh masyarakat. Apalagi dalam keadaan krisis seperti ini, pandemi juga, sebenarnya banyak sekali yang harus dibicarakan," katanya, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari kanal Youtube ILC.

Baca Juga: Menlu Retno Tegaskan Indonesia Tidak Berniat Membuat Hubungan Diplomatik dengan Israel

Fahri Hamzah menyampaikan bahwa di luar infrastruktur fisik yang dibangun pemerintah, dia sering menyatakan infrastruktur percakapan publik harus dibangun secara sungguh-sungguh.

Karena menurutnya, publik pun harus diantar dalam satu percakapan yang baik agar tidak terjadi tawuran.

"Itu pun saya melihat bukan karena ILC malam ini berhenti tapi juga karena kekeliruan negara menginterpretasi bagaimana cara mengelola pikiran di dalam masyarakat," ujarnya.

Baca Juga: HRS Ajukan Praperadilan, Polri Siap Hadapi: Kami Akan Beberkan Fakta-fakta di Persidangan Nanti

Dia menilai ada banyak masalah, dan ILC ditutup dengan membahas himpitan dari masyarakat yang paling bawah, yang dalam pengertiannya, himpitan pada masyarakat Indonesia ini sangat real karena indeks atau indikator garis kemiskinan yang sangat rentan dan rawan.

Fahri Hamzah menambahkan kalau kesejahteraan masyarakat atau garis konsumsi dari konsumsi 2100 kalori beras.

"Yang kira-kira kalau kita disepadankan dengan dolar atau rupiah kira-kira satu hingga setengah dolar. Jadi kalau kita mengonsumsi kira-kira sepuluh ribu perhari dalam bentuk beras kita sudah dianggap tidak miskin," ucapnya.

Baca Juga: Manfaatkan Media Sosial, Kakek Ini Bertemu Lagi dengan Jaketnya yang Hilang

Fahri melanjutkan bahwa hal itu belum dihitung dengan betapa pengeluaran masyarakat itu begitu banyak.

Dikatakan Fahri saat bulan Juni kemarin, pemerintah mengumumkan Indonesia naik peringkat dengan berada di negara berpendapatan menengah.

Akan tetapi setelah pandemi itu bertambah buruk, dan himpitan di tingkat bawah itu bertambah berat sekali.

Fahri juga menambahkan bahwa krisis kesehatannya belum berakhir, angka infeksi bertambah banyak, bahkan di dunia juga demikian karena ini adalah pandemi global.

Baca Juga: Diperiksa Sebagai Saksi di Polda Jabar, Ridwan Kamil Minta Massa Pendukung HRS Tidak Datangi Polres

Tapi, dia menjelaskan, perbedaan pandemi global, pandemi hari ini dan pandemi dulu adalah, pandemi globalisasi. Dulu mau dibuat global susah karena infrastrukturnya belum ada, sekarang infrastruktur globalisasinya sudah sempurna sehingga semua orang kena.

Menurutnya krisis ekonomi yang dihadapi saat ini belum pernah dihadapi oleh umat manusia. Masyarakat akan terus terpuruk, bahkan krisis ekonomi itu bisa mengarah kepada krisis politik.

"Apabila pemerintah tidak deliver angka seperti ini tambah banyak, itu kemarahan juga akan tambah banyak, kriminalitas bisa meningkat," ucapnya.

Baca Juga: Kembali ke Jalur Kemenangan, Real Madrid Tekuk Athletic Bilbao 3-1

Fahri menyatakan bahwa setelah krisis politik bisa terjadi krisis sosial, dan ini yang kita tidak kehendaki.

"Jadi sebenarnya dengan angka-angka krisis yang bertubi-tubi ini harusnya memang seperti nasihat Aa Gym, ini waktu kita bersatu. Biasanya kalau ILC memilih topik-topik hot saya mengerti, kenapa ini topik dipilih karena ini adalah bom waktu," katanya.

Fahri menuturkan bahwa tema ILC episode terakhir itu seperti memberi isyarat bangsa Indonesia untuk berhati-hati.

Baca Juga: Peringati Hari Anti Korupsi Sedunia, Presiden Jokowi: Profesionalitas Aparat Kunci Cegah Korupsi

Karena apabila infrastruktur dan ruang publik masyarakat berhenti, krisis lebih besar tidak dipercakapkan, maka krisis akan jadi kenyataan.

"Ini kan kalau milih seperti kata Pak Sujiwo Tejo tadi, ada topik lain yang lebih hot, tapi kan kita memilih ini karena memang ini betul-betul bom waktu untuk kita," kata Fahri Hamzah.***

 

 

Editor: Egi Septiadi

Sumber: Youtube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x