Warga Jateng Curhat ‘Dicovidkan’ dan Dapat Perlakuan Tak Etis Rumah Sakit, Ganjar Pranowo Buka Suara

- 14 Desember 2020, 18:02 WIB
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo /Ganjar Pranowo/Twitter/@ganjarpranowo
PR CIREBON - Sebuah video yang berisi surat terbuka untuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beredar di media sosial dan menjadi viral.
 
Lantaran ada seorang Warga Gombong yang tidak terpapar virus Covid-19 namun dikatakan telah terpapar virus Covid-19 atau positif Covid-19.
 
Terlebih lagi warga tersebut mengaku mendapatkan perlakuan yang tidak etis oleh pihak rumah sakit lantaran pasien diperlakukan tidak baik oleh pihak rumah sakit yang tidak disebutkan oleh wanita dalam video tersebut.
 
Seperti yang telah dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari video yang telah diunggah Senin 14 Desember 2020 pada akun YouTube Sugiarto kasirin, terlihat sebuah pengakuan dari salah satu Warga Gombong Jawa Tengah
 
 
Dalam surat terbuka tersebut, penggunggah mengeluhkan sebuah pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit yang diduga memperlakukan ayahnya sebagai pasien positif corona.
 
Wanita berbaju merah muda tersebut mengatakan bahwa ayahnya sudah lama memiliki penyakit asma, sebelum datangnya virus corona ayahnya memang sudah susah dalam bernafas.
 
Terlebih lagi ayahnya menyukai musik keroncong dan sangat senang meniup alat musik seruling
 
Sang ayah disebutkan masuk ke rumah sakit dan langsung diisolasi hingga kaki dan tangannya diikat.
 
 
Tak terima dengan perlakuan pihak rumah sakit, wanita tersebut mengancam akan menuntut namun malah mendapat respons yang tak menyenangkan dari salah satu perawat di rumah sakit tersebut..
 
Wanita itu disebut tak akan bisa menuntut rumah sakit karena ia hanya rakyat kecil.
 
Akhirnya wanita itu membawa paksa sang ayah pulang, dan diharusnya membayar sebesar Rp2,5 juta karena tanggungan BPJS disebut dihapus oleh pihak rumah sakit.
 
Setelah ayahnya dibawa pulang, wanita tersebut mengaku bahwa selang waktu tak lama ada oknum dokter atau mantri yang menyebarkan kabar ayah wanita itu positif Covid-19 dan tak mau diswab.
 
 
Akibatnya, wanita tersebut dan keluarga dikucilkan warga hingga membuat kondisi sang ayahnya memburuk dan meninggal dunia.
 
Warga setempat yang berada di tempat tinggal wanita itu tak mau membantu pengurusan jenazah sang ayah karena takut terpapar Virus Corona.
 
Tidak hanya itu saja bahkan setelah sang ayah keluar, hasil tes swab yang keluar hasilnya negatif Covid-19.
 
"Bapak saya bukan corona,saya ingin cukup keluarga saya yang merasakan ini cukup keluarga saya yg menjadi korban jangan sampai ada korban lagi,menyesal saya benar2 menyesal bapak saya dimakamkan secara corona, semoga bapak gubernur Jawa Tengah bisa lebih tegas, bisa melihat rakyat kecil seperti kami," ujarnya.
 
 
Surat terbuka tersebut akhirnya ditanggapi oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
 
Melalui akun Instagram, Ganjar menyebutkan telah menghubungi langsung wanita warga Gombong tersebut.
 
Selain itu, wanita tersebut juga membuat video klarifikasi yang berisi keterangan bahwa Ganjar Pranono merespons surat terbukanya.
 
"Alhamdulillah semua sudah clear pak Ganjar sudah turun tangan langsung sudah menelfon saya langsung,sudah mendengar keluh kesah saya secara langsung,,sekali lagi saya terima kasih kepada bapak Ganjar atas semua bantuanya untuk saya dan keluarga saya," ujarnya
 
 
Berikut isi lengkap curhat terbuka untuk Ganjar Pranowo tersebut.
 
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
 
Dengan datangnya surat ini saya ingin mengadukan kepada bapak Ganjar pranowo atas apa yang keluarga saya alami, tepatnya 25 November 2020.
 
Bapak saya sakit. dari dulu bapak saya sudah memiliki riwayat penyakit asma karena bapak saya pecinta keroncong, suka meniup seruling. Sudah sebelum adanya coronapun bapak saya sudah memiliki riwayat asma.
 
Pagi sekitar pukul 8, bapak saya dilarikan ke salah satu rumah sakit, bapak saya dimasukkan ke ruang IGD. Jauh jauh dari Sidareja saya pulang ke Gombong. Sesampainya di rumah sakit hati saya hancur melihat bapak saya terbaring di ruangan tertutup dengan keadaan kaki diikat dan tangan diikat.
 
 
Salah satu perawat rumah sakit bilang kepada saya, ibu tidak boleh masuk, hanya bisa melihat dari kaca karena takutnya bapak ibu corona. Tak ada anak yang akan tega melihat bapak sendiri di dalam ruangan, sementara kala itu bapak saya butuh untuk dituntun, sampai akhirnya saya tetap memaksa untuk masuk.
 
Sore sekitar pukul 5 dokter berkata, bapak mau dipindahkan ke ruang ICU bu di lantai 3 dan ibu bisa melihat bapak dari kaca saja. Saya berpikir ruang ICU itu bagus dan saya setuju. Tepatnya pukul 7 bapak saya dipindah ke lantai 3 dan saya mengikuti bapak saya ke lantai 3. Setelah sampai di lantai 3 hati saya benar-benar terpukul melihat bapak saya dimasukkan ke ruang Isolasi.
 
Saya tanya ke perawat, katanya ke ruang ICU Mas, kenapa bapak saya masuk ke ruang isolasi dan di bawah bilangnya saya bisa melihat bapak saya dari kaca, ternyata ruangan bapak saya tidak ada jendela dan kaca.
 
Langsung saya berontak seketika itu juga. Saya bilang ke perawat kenapa bapak saya diisolasi kan bapak saya belum tentu korona, hati anak mana yang akan tega meninggalkan bapak di umur 76 tahun di ruang isolasi sendiri, dengan tangan dan kaki terikat.
 
 
Saya bilang ke perawat kalau sampai bapak saya ternyata bukan Corona saya akan tuntut balik rumah sakit ini dan perawat menjawab ibu tidak akan bisa menuntut. Saya jawab, kenapa saya tidak bisa menuntut? perawat berkata karena ibu orang bawah.
 
Bapak Ganjar Pranowo, apakah benar itu hanya untuk orang atas? sementara saya keluarga miskin tidak bisa menuntut, sampai akhirnya malam itu juga saya minta bapak saya dibawa pulang. Saya menemui dokter dan menyampaikan niat saya.
 
Dokter menyuruh saya untuk mengisi surat pernyataan dan dokter berkata, ini pasien pulang atas kemauan itu ibu sendiri, BPJS saya hapus dan ibu bayar pakai umum.
 
Malam itu juga saya cari uang Pak, untuk membayar rumah sakit 2.500.000. Malam itu juga saya pulang. Alhamdulillah di rumah bapak saya mendingan. Tetapi salah satu mantri dari rumah sakit ada yang menyebarkan berita kalau bapak saya reaktif dan tidak mau diswab, selang 3 hari orang yang tinggal satu rumah dengan bapak saya dites swab semua dan hasilnya negatif
 
 
Tetapi warga tetap mengucilkan keluarga saya. Sampai ternyata, sampai tepatnya 3 desember bapak saya drop. Saya ingin meminjam oksigen dari rumah sakit untuk bapak saya, katanya harus ada uang jaminan satu juta tujuh ratus.
 
Saat itu kami tidak ada uang akhirnya kami pasrah. Tepatnya hari kamis malam pukul 12.30 bapak saya menghembuskan nafas terakhir. Yang membuat hati saya hancur, bapak saya dimakamkan secara corona, menawarkan tetangga pun tidak ada yang mau mandiin dan menyalati bapak saya.
 
Saya mohon, saya mohon, mohon, bapak saya jangan pakai peti. karena bapak saya pernah pesan tidak mau pakai peti, tetap tidak dihiraukan
 
Tanggal 6 Desember saya minta hasil lab bapak saya dan bapak saya bukan corona. Sampai sekarang warga masih mengucilkan keluarga kami.
 
 
Maaf Bapak Ganjar, tolong bantu rakyat kecil seperti kami. saya tidak mau ada korban lagi cukup keluarga saya saja. Kami keluarga miskin yang tidak pernah mendapat bantuan apapun dari pemerintah
 
PKH-pun, orang tua saya tidak pernah menerima. Sekali lagi saya mohon kepada Bapak Ganjar untuk bisa lebih adil. Saya mohon kepada Bapak ganjar, saya ingin masalah ini untuk dibersihkan. Untuk Bapak Ganjar, semoga bisa membuka hati. Saya tidak mau lagi ada pasien yang bukan corona tapi dimakamkan secara corona,
 
Saya ingin cukup keluarga saya saja yang merasakan ini semua, untuk keluarga saya saja yang merasakan ini semua. Sekali lagi saya mohon maaf. Saya mohon keadilan ini, Bapak saya bukan korona. Saya mohon keadilan ini
 
Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ganjar Pranowo (@ganjar_pranowo)

 ***

 
 
 
 
 

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Instagram Ganjar Pranowo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x