Kompolnas Ungkap Data Rahasia FPI, Ferdinand Hutahaean: Radikalisme Bisa Jadi Bibit Teroris

- 14 Desember 2020, 14:54 WIB
 Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto
Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto /Dok Polda Bali
PR CIREBON - Sebuah data rahasia yang hanya dimiliki oleh Kompolnas diungkapkan ke hadapan publik, bahwa puluhan anggota FPI tergabung dalam organisasi Teroris. 
 
Seperti yang dikatakan oleh Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto yang telah mencatat ada 37 anggota maupun mantan anggota Front Pembela Islam (FPI) yang bergabung dalam kelompok teroris. 
 
Dan beberapa dari mereka telah kedapatan terlibat dalam melakukan sebuah aksi teror dan bergabung dalam organisasi JAD dan MIT.
 
"Saya buka datanya ada 37 anggota FPI atau dulunya anggota FPI yang kemudian gabung dengan JAD (Jamaah Ansharut Daulah) dengan MIT (Mujahidin Indonesia Timur) dan sebagainya yang terlibat aksi teror," kata Benny, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari unggahan video pada akun Twitter Ferdinand Hutahaean.
 

Baca Juga: Berniat Makeup Angelina Jolie Versi Zombie, Influencer Iran Dihukum Penjara 10 Tahun

Dari pernyataan yang diberikan oleh Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto tentang 37 anggota FPI yang ternyata tergabung dalam sebuah organisasi Teroris sangat mengejutkan mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean.
 
Mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean memberikan komentar pada pernyataan yang diberikan benny dalam video yang diunggah pada akun Twitter, yang sangat terkejut dengan jumlah anggota FPI yang tergabung dalam organisasi Teroris.
 
"Banyak juga ya? 37 orang," ujar Ferdinand Hutahaean dalam akun Twitter miliknya.
 
Ferdinand mengatakan bahwa ternyata dimana-mana memang banyak sekali radikalisme yang dapat jadi sebuah bibit terorisme.
 
 
Sedangkan, jika sudah radikal dan diberikan sebuah ajaran yang keras, maka akan mudah sekali orang tersebut menjadi seorang Teroris.
 
"Dimana-mana memang radikalisme adalah bibit dari terorisme. Paham yang radikal bila dibaiat dengan ajaran lebih keras lagi, maka akan menjadi seorang Teroris. Saya tak heran dengan informasi ini," ujar ferdinand
 
Dan Menurut Benny bahwa data tersebut didapat atas kapasitasnya sebagai kepala Pusat Riset Ilmu Kepolisian dan Kajian Terorisme di Universitas Indonesia (UI). 
 
Dan bahkan data itu minim diungkap ke publik, demi menjaga stabilitas keamanan dan kegaduhan di masyarakat.
 
"Data ini belum banyak dipublikasikan media massa," ujar Benny.
 
 
Benny menambahkan sebuah kesimpulan yang didapat dari data-data tersebut, bahwa ada sebagian anggota FPI yang memang pernah menjalani pelatihan paramiliter dan bahkan memiliki senjata.
 
Oleh karena itu Benny mengatakan, data tersebut harus menjadi masukan bagi pihak Polri dalam menangani kasus yang melibatkan dan berhubungan dengan anggota FPI.
 
Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto menegaskan kalau data tersebut bukan rekayasa. Jejak proses hukum di pengadilan menjadi bukti keterlibatan 37 orang itu.
 
"Inilah fakta yang kemudian kita harus ekstra hati-hati menghadapi kelompok ini. Kalau kita meruntut vonis pengadilannya itu ada. Jadi bukan rekayasa dan pembentukan opini,” ucapnya
 
 
Saat ini Bareskrim Polri tengah menangani kasus penembakan enam anggota FPI yang di jalan Tol Jakarta-Cikampek pada 7 Desember. Sebelumnya kasus tersebut ditangani Polda Metro Jaya.
 
Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo menyatakan, Mabes Polri lewat Bareskrim sengaja mengambil alih kasus tersebut untuk menghindari konflik kepentingan.
 
Sebab, dalam kasus tersebut, ada personel Polda Metro Jaya yang menjadi korban sehingga dikhawatirkan mengganggu objektivitas penyidik.
 
"Untuk menjaga profesionalisme, obyektivitas dan transparansi penyidikan, maka penyidikan dilaksanakan secara scientific crime investigation," kata Listyo, dikutip dari Divisi Humas Polri
 
 
Dalam kasus tersebut Polri dan FPI memberikan keterangan yang berbeda. Polri lewat Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menyatakan anggota FPI menyerang polisi lebih dulu sehingga polisi menembak keenam anggota FPI hingga tewas.
 
Sementara versi FPI, penembakan keenam anggota mereka terjadi saat polisi mengadang anggota FPI tersebut.***
 
 

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Twitter @FerdinandHaean3


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x