Dua Menteri Disikat KPK dalam Waktu yang Berdekatan, PKS: 'Budaya Proyek' Penyebab Maraknya Korupsi

- 7 Desember 2020, 12:09 WIB
Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mohamad Sohibul Iman (MSI)
Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mohamad Sohibul Iman (MSI) //PKS

PR CIREBON - Pada 25 November lalu Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo di tangkap dan resmi menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kemudian menyusul belum alma ini Menteri Sosial, Juliari Peter Batubara yang juga terlibat kasus korupsi.

Terkait maraknya praktik korupsi di tanah air, Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mohamad Sohibul Iman (MSI) menyoroti fenomena kasus korupsi yang menjerat pejabat publik akhir-akhir ini.

MSI menulis dalam tweet di akun pribadinya @msi_sohibuliman banyak faktor penyebab korupsi, salah satunya adalah "budaya proyek".

Baca Juga: Ustaz Maaher Menangis, Habib Husin: Dari Dulu Kyai NU Dihina, Ngeles Silakan, Buktikan di Pengadilan

"Banyak faktor penyebab korupsi. Dari pengalaman saya sebagai PNS dan Aleg DPR RI, salah satunya adalah 'budaya proyek'. Umumnya gaji bulanan dianggap hak sebagai pegawai/pejabat. Adapun proyek itu kerjaan lain yang juga harus dapat imbalan. Maka dicari-carilah cara agar dapat imbalan," jelas MSI, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari laman resmi PKS.

Lebih lanjut, Presiden PKS masa bakti 2015-2020 ini menyoroti akibat dari "budaya proyek" tradisi-tradisi lainnya seperti kick back (minta uang dari rekanan), mark up (menaikan harga), perjalanan dinias fiktif dan lainnya.


"Akibat 'budaya proyek' tersebut tidak heran muncul tradisi kick back, mark up, perjalanan dinas fiktif, minta dijamu oleh institusi yang dikunjungi (agar biaya dinas utuh masuk kantong), dll. Relatif merata di lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan auditif," jelas MSI.

Baca Juga: Menteri dari Gerindra dan PDIP Ditangkap KPK, PKS Beri Apresiasi, Kembangkan di Aspek Pengadaan Lain

Selain itu, MSI juga berbagi pengalaman saat dirinya menjadi Wakil Ketua Komisi XI dan Wakil Ketua DPR RI antusisas untuk membahas perubahan sistem penggajian dengan Remunerasi.

MSI berharap sistem Remunerasi dapat meningkatkan penghasilan Pegawai Negeri Sipil (PNS), menaikkan kinerja, dan tidak ada korupsi. Namun menurut MSI melihat praktik-praktik korupsi atau gratifikasi masih marak, MSI menilai sistem Remunerasi belum bisa menghapus "budaya proyek".

"Selama jadi Wakil Ketua Komisi XI dan Wakil Ketua DPR RI saya banyak terlibat membahas sistem Remunerasi ini. Saya sangat antusias dengan perubahan ini. Sebagai mantan PNS saya empati dengan teman-teman PNS semoga dengan sistem baru ini penghasilan mereka meningkat, kinerja pun naik, dan tidak ada korupsi.

Baca Juga: Kabar Baik! Khusus 1,2 Juta Vaksin Sinovac Bebas Pajak Capai Rp50,95 Miliar

Apakah harapan itu nyata? Melihat praktek-praktek korupsi/gratifikasi yang masih marak, nampaknya Remunerasi belum bisa menghapus “budaya proyek”. Bahkan jika dulu mark up dan kick back hanya melibatkan birokrat dan pengusaha, sekarang meluas dengan keterlibatan para politisi di parlemen, dari pusat sampai daerah. Makin rumit," jelasnya.

Sebagai sebuah solusi, MSI melihat perbaikan sistem menjadi hal yang penting, namun jauh lebih penting menurutnya adalah perbaikan "mental model", dari tamak (rakus) jadi qana’ah (merasa cukup).

"Saya melihat perbaikan sistem itu penting, tapi jauh lebih penting perbaikan “mental model”, dari tamak jadi qana’ah. Perlu dua hal: keteladanan dan ketegasan hukum. Mari, siapa pun, jangan lelah untuk jadi contoh sekecil apapun. Dan kita dorong hukum ditegakkan dengan tegas untuk beri efek jera," pungkasnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: PKS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x