Pergerakan Masif Kelompok Intoleran Berjubah Agama, Cendikiawan: Masa Depan Bangsa Dipertaruhkan

- 4 Desember 2020, 09:49 WIB
Ilustrasi negara mulai hadir memerangi kelompok intoleran berjubah agama.
Ilustrasi negara mulai hadir memerangi kelompok intoleran berjubah agama. //Instagram
PR CIREBON - Seorang cendikiawan Muslim, Islah Bahrawi, mengatakan dalam tulisannya bahwa negara telah hadir dalam menghalangi pergerakan kelompok intoleran berjubah agama.
 
Islah mengatakan mungkin ada jutaan masyarakat yang merasakan negara menjadi beku saat satu orang yang demi euforianya telah melumpuhkan bandara selama beberapa jam.
 
"Lalu bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain membuat hasutan dengan leluasa - menyerang dan membombardir ke segala arah tanpa kendala," kata Islah, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Instagram @islah_bahrawi pada Jumat 4 Desember 2020.
 
 
Negara yang mulai hadir maksudnya adalah dengan turunnya kekuatan militer serta kepolisian dalam menumpas kelompok intoleran berjubah agama.
 
"Kodam Jaya memulainya dengan penurunan baliho. Sedikit memberi harapan meski aksi ini hanya sekedar pada tataran visual. Tapi kelompok penghasut itu semakin arogan, bahkan wibawa negara seolah semakin ditantang," kata Islah.
 
Negara semakin putus asa, lanjutnya, mereka seperti memiliki negara dalam negara. Merebaknya deklarasi dengan senjata tajam juga serasa negara ini sedang dijajah perompak brutal.
 
"Polda Metro Jaya memulainya dengan pemanggilan kepada Rizieq Shihab untuk pelanggaran Prokes - meski berkali-kali mangkir dan ternyata tidak segahar ketika di mimbar - masyarakat menilai ini hanyalah kasus hukum ringan," ujarnya.
 
 
Berikutnya, kata Islah, Bareskrim Mabes Polri yang melakukan penangkapan terhadap pendakwah agama yang juga 'beraliran' caci maki bernama Soni Eranata alias Maher.
 
Lalu, Dit Reskrimsus Polda Metro Jaya juga menangkap penyebar modifikasi Adzan dan dilanjut Polda Jawa Timur mulai melakukan pemanggilan terhadap pelaku persekusi rumah Prof. Mahfud MD di Pamekasan.
 
"Dari kronologi ini, Polri sepertinya mulai bergerak. Meski berkesan merangkak tapi setidaknya negara mulai hadir samar-samar," kata Islah.
 
 
Islah menilai apa yang dilakukan Polri mungkin mengikuti prinsip Mao Zedong yang mengatakan "Pemenggalan dimulai dari buntut, agar kepala kehilangan kendali."
 
"Palang pintu terdepan untuk urusan yang meresahkan ini, memang berada pada Polda Metro Jaya. Tugas Kapolda Irjenpol Fadil Imran dan Dirkrimsus Kombespol Roma Hutajulu tidaklah gampang. Masa depan negara ini serasa berada di tangan mereka, karena 'sampar' penghasut itu ada di wilayahnya," ujarnya
 
"Mereka harus serius menangani ini mengingat masa depan bangsa dipertaruhkan - wabah brutalitas dan premanisme berjubah agama akan semakin merajalela, terutama pada Pemilu 2024 nanti. Jika tidak diselesaikan sekarang, Indonesia akan terasa seperti Kandahar empat tahun lagi. Naudzubillah!", tandasnya.
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by islah bahrawi (@islah_bahrawi)

***
 

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x