Islah Bahrawi: FPI adalah Organisasi Intoleran yang Sudah Tak Berijin, Negara Harus Bertindak Tegas

- 22 November 2020, 07:48 WIB
Tangkapan Instagram @Islah_bahrawi
Tangkapan Instagram @Islah_bahrawi /instagram



PR CIREBON - Seorang cendekiawan muslim, Islah Bahrawi, mengatakan fenomena kedatangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab sebagai momentum magis yang menarik bagi politisi.

"Euforia kedatangan Rizieq Shihab adalah momentum yang dianggap menyimpan sesuatu yang magis. Militansi pendukungnya melumpuhkan Bandara. Bagi politisi tentunya ini sangat menarik," tulis Islah, 22 November 2020, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari akun Instagramnya @islah_bahrawi.

Islah menuliskan, kedatangan Rizieq Shihab memperlihatkan siapa saja politisi yang memanfaatkan massa yang besar dari organisasi masyarakat (Ormas) FPI dibawah kepemimpinan Rizieq Shihab.

Baca Juga: Hasil Kualifikasi MotoGP Portugal 2020, KTM Terdepan, Velentino Rossi ke 17

"Selepas itu kita bisa melihat siapa saja yang menyetor muka ke hadapan Rizieq Shihab, baik di Gadog, Tebet maupun Petamburan. Para politisi dengan elektabilitas minimal, memang selalu terpukau melihat kerumunan massa yang maksimal," tulisnya.

Bagi politisi, tulis Islah, Ormas besar adalah gula yang harus dilindungi karena dianggap mempunyai massa yang besar sehingga terlihat meyakinkan di mata politik.

"Apalagi Ormas itu berbasis agama seperti FPI, yang pada pasca reformasi memang didirikan sebagai menu makan siang bagi kelaparan politik saat itu. Ia sudah punya merek dagang dalam transaksi industri politik kita," tulisnya.

Baca Juga: Berikut Daftar Lengkap UMK 2021 Terbaru, Kabupaten Karawang Tetap Tertinggi di Jabar dan Nasional

Islah juga menilai bahwa negara harus ambil bagian dalam menyelamatkan Islam dari organisasi yang terbukti menggaungkan brutalitas dan kekerasan atas nama agama.

"FPI adalah ormas intoleran-radikal yang sudah tak berijin. Negara harus bertindak tegas demi menyelamatkan Islam dari resistensi kaum skeptis di masa depan. Organisasi ini terbukti kerapkali menjadi penganjur brutalitas dan kekerasan atas nama agama. Membuat Islam akan kehilangan daya tarik dan lebih identik dengan premanisme ketimbang pembawa damai," tulis Islah.

"Tapi sayang, para politisi masih saja menulisnya dalam daftar belanja. Ia akan tetap dibeli meski jarang dibutuhkan. Seperti halnya ketika kita ingin memelihara ikan Buntal atau membeli boneka Charlie Chaplin yang lucu - belanja yang setidaknya dilakukan lima tahun sekali," imbuhnya.***

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by islah bahrawi (@islah_bahrawi)

 

Editor: Egi Septiadi

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x