Pemerintah Saudi Khawatirkan Habib Rizieq, Munarman Ceritakan Apa yang Menimpa Habib Rizieq

- 24 November 2020, 07:25 WIB
Juru bicara FPI Munarman, tangkap layar Youtube/Akbar Faisal Uncensored
Juru bicara FPI Munarman, tangkap layar Youtube/Akbar Faisal Uncensored /Youtube


PR CIREBON - Juru bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman menyatakan bahwa Habib Rizieq selama 3,5 tahun di Arab Saudi mengalami dua periode perlakuan dari pemerintah Indonesia.

Munarman menjelaskan periode pertama itu kurang lebih tujuh bulan pertama Habib Rizieq di Saudi.

"Jadi beliau berangkat Umrah ke Saudi itu lebih kurang Mei 2017 sekitar itu, periode pertama itu sampai dengan Desember 2017 itu upaya-upaya membujuk Habib Rizieq pulang itu kencang sekali dari pihak pemerintah," kata Munarman di Youtube Akbar Faisal Uncensored, 23 November 2020.

Baca Juga: Polri Ungkap Hasil Rapid Test di Wilayah Tebet Jaksel, Hasilnya Semua Non Reaktif

Munarman mengungkapkan upaya tersebut tentu saja melalui orang-orangnya, yang bersifat personal. Bahkan ada tawaran untuk dijemput dengan jet pribadi.

"Ya itu orangnya masih ada sampai sekarang. Mereka menawari yang indah-indah, karena dalam konteks yang saya pahami, menurut saya, Habib Rizieq waktu itu masih status tersangka, sehingga dugaan saya dipulangkan itu untuk diproses hukumnya, kira-kira begitu," ujarnya.

Tetapi kemudian, Munarman menambahkan, dalam perjalanan ketika Habib Rizieq mendapatkan SP3, dalam proses tujuh bulan itu ternyata ada lobi-lobi, ada utusan-utusan resmi dan tidak resmi kepada Habib Rizieq.

Baca Juga: Usai Acara Maulid Nabi, Kini Pemkot Jaksel Ungkap Terjadinya Klaster Tebet

"Dan akhirnya keluarlah SP3 itu, jadi ini utusan resmi tapi tidak diresmikan. Termasuk di situ Habib Rizieq berbicara dengan pejabat tinggi segala macam, kemudian ke luar SP3 pertama itu kalau tidak salah bulan November 2017, kemudian SP3 Februari 2018, jadi dua kali nih dalam rangka proses negosiasi membujuk Habib Rizieq pulang," ucap Munarman.

Kemudian setelah mendapat SP3, tahun 2018 saat Ramadan, ketika Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dan Amien Rais datang ke Saudi untuk umrah lalu bertemu dengan Habib Rizieq.

"Tadinya bebas loh tidak ada persoalan apapun juga baik dengan pemerintah Saudi maupun pemerintah Indonesia, SP3 sudah diberikan artinya sudah bagus lah, komunikasi sudah berjalan lancar antar kedua belah pihak," kata Munarman.

Baca Juga: Breaking News: Beda Dua Menit Saja, Gempa Mengguncang Gunung Kidul dan Jembaran Bali

Dia menuturkan, tiba-tiba ketika selesai Ramadan masuk bulan Syawal, ada Prabowo datang dan disiarkan di media-media Indonesia, kehadiran bersama Prabowo dan Amien Rais di rumah Habib Rizieq.

"Begitu Habib Rizieq ingin memberlakukan yang tiga bulan ke-3 kalau tidak salah, atau tiga bulan ke-4, Habib Rizieq itu mau memberlakukan tiga bulan terakhir itu karena sudah mau setahun di sana, tiba-tiba tidak bisa ke luar, tidak diperbolehkan ke luar," ujar Munarman.

Pemerintah Saudi tidak memberikan izin dan Habib Rizieq mempertanyakan apa masalahnya, Munarman menuturkan pihak Saudi mengatakan pokoknya tidak boleh ke luar dulu untuk sementara, istri dan keluarga Habib Rizieq yang sudah berhasil melewati pintu imigrasi kemudian ditarik kembali, dan diminta untuk tidak dulu ke luar tapi tidak ditahan di imigrasi.

Baca Juga: Jejak Negara Arab dalam Normalisasi Hubungan dengan Israel, Arab Saudi Selanjutnya?

"Jadi dibiarkan disuruh pulang, Habib Rizieq penasaran kemudian mencari tahu ke imigrasi kenapa sebabnya," ucapnya.

Munarman menceritakan akhirnya ketika didesak, pihak imigrasi menyatakan kepada Habib Rizieq untuk langsung ke pihak intelijen saja.

"Intelijen Saudi maksudnya, itu uniknya. Habib Rizieq kan kaget, ada apa? ini kan urusan imigrasi, pihak imigrasi menjawab mereka hanya menjalankan instruksi," kata Munarman.

Baca Juga: Muncul Wacana Pembubaran FPI di Publik, Haedar Nashir Serahkan Kepada Negara

Akhirnya Habib Rizieq mendatangi pihak intelijen Saudi dan berdiskusi.

"Tanya jawab segala macam, dalam tanya jawab itulah kemudian akhirnya Habib Rizieq dipertanyakan, 'Anda kan buronan,' kata intelijen Saudi, 'Anda kan buronan, Anda kan lagi dicari-cari intelijen negara Anda. Anda kan ada kasus pencucian uang.' Pokoknya ada 17 tuduhan, Habib Rizieq jelaskan satu persatu soal DPO dan menunjukan SP3nya," jelas Munarman.

Intelijen Saudi kaget ketika Habib Rizieq menunjukkan SP3, dan mengatakan 'Anda musuh negara' dan segala macam. Habib Rizieq pun menunjukan dokumen dari lembaga tinggi negara.

Baca Juga: Siap-siap, Menolak Tes Usap Covid-19, Warga Jakarta Bisa Terancam Denda hingga Rp 7 Juta

"Dokumen tertulis kaya gitu, lebih kurang itu pembicaraan antara salah satu lembaga yang memang bekerja untuk itu dengan Habib Rizieq sebetulnya, sudah disebut Habib Rizieq kan dokumen intelijen kan, sebetulnya itu isinya itu," ujar Munarman.

Dia menjelaskan maksud dokumen tersebut untuk mencoba agar tidak saling mengganggu, substansinya seperti itu. Pihak Saudi kaget begitu diperlihatkan dokumen itu.

Pada akhirnya pihak Saudi mengatakan 'Anda tenang saja di rumah, kami akan klarifikasi ulang.' Dalam klarifikasi ulang itulah Habib Rizieq tidak mendapatkan izin ke luar dari Saudi. Hal itu dipahami karena tentu saja sebagai otoritas politik harus melakukan investigasi, jadi itulah yang terjadi selama ini.

Baca Juga: Kedisiplinan Masyarakat Terhadap Prokes Kian Menurun, Kota Bandung Kembali Masuk Zona Merah

Munarman menambahkan, sayangnya dalam proses-proses itu ada operasi-operasi intelijen juga oleh pihak Indonesia terhadap Habib Rizieq.

Contohnya begitu Habib Rizieq ingin makan malam, pernah satu kejadian, makan malam ke luar bersama keluarga di tengah jalan ada polisi Saudi yang menanyakan 'Mana paspor?'.

"Tentu saja tidak bawa karena sudah lama tinggal di situ kan, seperti orang biasa jadi paspor ditinggal di rumah, dan berurusanlah dengan polisi sempat 1x24 jam. Kemudian kita dengar yang bendera," ucapnya.

Baca Juga: JK Sebut Ada yang Salah dengan Demokrasi Indonesia, Refly Harun: Kritik yang Luar Biasa

Menurutnya selama proses menunggu clearance dari otoritas Saudi itulah ada dua kali peristiwa operasi terhadap Habib Rizieq, dan otoritas Saudi memang sejak lama itu sudah menyatakan kurang lebih waktu terakhir Habib Rizieq klarifikasi itu sebenarnya bulan Desember 2019.

"Sudah dilakukan clearance dari otoritas Saudi, dan awal 2020 sebelum masuk Covid ke Februari itu otoritas Saudi mengatakan sudah clear, 'Kami sudah tahu kalau ini informasi palsu.' Bahkan mereka menyebutnya dalam bahasa Arab itu sampah," ucapnya.

Diungkapkan Munarman, otoritas Saudi mengatakan kalau informasi yang mereka terima itu informasi sampah, dan sedang memproses untuk mencabut status Habib Rizieq yang tidak boleh ke luar. Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari kanal Youtube Akbar Faisal Uncensored.

Baca Juga: Demi Perlindungan Data Pribadi, Menkominfo Harap DPR Mempercepat Proses Legislasi RUU PDP

"Tapi, ini uniknya memang aneh, otoritas Saudi menawari Habib Rizieq untuk tinggal di Saudi dalam jangka waktu panjang maka akan dikasih green card atau di Saudi disebut iqamah," katanya.

Munarman menuturkan pihak Saudi mengimbau Habib Rizieq untuk tidak buru-buru kembali ke Indonesia, karena pihak Saudi khawatir justru ada pihak ke-3 yang mengambil kesempatan dan mengancam keselamatan jiwa Habib Rizieq.

"Pernyataannya begitu, itu otoritas intelijen yang mengatakan. Jadi itulah ternyata kemudian yang kita lihat kenapa justru Dubes Indonesia untuk Saudi pernyataannya bertentangan, karena tugas dia untuk tidak membuat Habib Rizieq pulang," ujarnya.

Halaman:

Editor: Egi Septiadi

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x