Ada Fenomena Awan Lentikularis Mirip UFO di Gunung Arjuno, Pakar UGM: Berbahayakan Penerbangan

7 November 2020, 13:44 WIB
Terjadi fenomena di Jawa Timur yaitu adanya awan lentikularis mirip UFO di kawasan Gunung Arjuno, pakar UGM sebut bahayakan penerbangan. //RRI/

PR CIREBON - Sebuah kumpulan awan putih tebal terlihat di langit di kawasan Gunung Arjuno Jawa Timur pada Kamis 5 November 2020.

Warganet menyebut awan tersebut mirif UFO seperti yang ada di film-film. Sehingga banyak masyarakat yang mengabadikan dan membagikannya ke media sosial.

Dari penelurusan, ternyata awan ini bernama Lentikularis. Biasanya fenomena awan seperti muncul di wilayah dengan dataran tinggi dan sekitar gunung.

Baca Juga: Partai Republik Berusaha Mengumpulkan 60 Juta Dolar AS Untuk Mendanai Gugatan Trump

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memastikan awan ini tidak berbahaya bagi masyarakat sekitarnya.

Pakar Iklim UGM Dr. Emilya Nurjani menjelaskan, fenomena awan yang terlihat seperti UFO atau pusaran angin di sejumlah gunung di Pulau Jawa seperti Arjuno, Merapi, Merbabu, Lawu dan lainnya baru-baru ini, merupakan jenis lenticularis yang berbahaya bagi aktivitas penerbangan.

"Awan ini berbahaya utamanya bagi pesawat yang terbang di sekitarnya," kata Emilya melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Jumat. dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari ANTARA news

Baca Juga: Tidak Ingin Ada Peperangan, Macron akan Memulangkan Warga Tunisia yang Ada di Prancis

Meski berbahaya bagi aktivitas penerbangan, menurut dia, kemunculan awan tersebut tidak terkait dengan pertanda akan terjadinya bencana.

Emilya mengatakan awan lenticularis merupakan fenomena biasa. Awan ini sering muncul atau terbentuk di daerah pegunungan, gunung, maupun perbukitan/bukit.

Pembentukan awan ini disampaikan Emilya dipengaruhi oleh faktor orografis atau elevasi sehingga awan ini sering terbentuk di daerah pegunungan.

Baca Juga: Pelaku UMKM Cirebon Yuk Bangkit, PRMN Buka Promosi GRATIS dengan Syarat Berikut Ini

Menurut dia, awan biasanya sering terbentuk disisi pegunungan yang berangin atau sisi hadap lereng (windward), tetapi awan lenticularis terbentuk disisi bawah angin atau sisi belakang lereng (leeward).

Dengan begitu, saat udara lembab naik ke sisi atas gunung atau bukit mengalami pendinginan dan pemadatan sehingga menghasilkan awan. Namun, disisi yang berlawanan dengan angin, udara menurun dan menghangat sehingga terjadi penguapan.

"Dilihat dari permukaan, awan terlihat tidak bergerak saat udara mengalir dan lapisan pembentuk awan terlalu kering swhingga lenticular akan terbentuk satu di atas yang lain. Bahkan terkadang hal ini meluas ke lapisan stratosfer dan terlihat seperti UFO," ujarnya

Baca Juga: Diego Maradona Dibius Untuk Pemulihan dari Gejala Fisik Pasca Ketergantungan Alkohol

Dosen Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geogragi UGM ini mengatakan bentuk gelombang di atas gunung dan bagian bawah berbentuk pusaran air yang berputar-putar. Bagian yang naik dari bentuk pusaran air ini cukup dingin untuk menghasilkan awan rotor.

Menurut dia, udara di awan rotor ini sangat bergejolak dan berbahaya bagi pesawat yang terbang di sekitarnya. Kondisi berbahaya juga berlaku untuk penerbangan disisi leeward gunung/bukit karena ada gerakan ke bawah yang cukup kuat.

Ditambahkannya, kemunculan awan lenticularis ini biasanya akan menimbulkan hujan dengan intensitas sedang.

Baca Juga: Pasukan Keamanan Iran Tewaskan Satu Pendemo Anti-Pemerintahan dan Melukai 40 Orang Lainnya

"Hujan, tetapi intensitasnya tidak tinggi karena pada dasarnya uap air sudah jatuh sebagai hujan disisi windward," ucap Emilya.***

Editor: Irma Nurfajri Aunulloh

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler