Prediksikan Ekonomi Indonesia di Tahun 2021 Bakal Memburuk, Rizal Ramli: Akan Makin Terjerumus

25 Desember 2020, 13:04 WIB
Politisi Gerindra Fadli Zon (kiri) dan Rizal Ramli (kanan).* /Twitter.com/@fadlizon

PR CIREBON - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon bersama dengan Rizal Ramli menyoroti perekonomian yang ada pada Indonesia.

Bahkan Rizal Ramli pun mengungkap prediksinya terhadap perekonomian Indonesia di tahun 2021 nanti.

Perbincangan tersebut dimulai saat Fadli Zon menggali sebuah pemikiran-pemikiran yang ada pada Rizal Ramli terutama sebuah pemikiran terkait ekonomi. 

Baca Juga: Budi Gunadi Sadikin Dipilih sebagai Menkes, Netty Prasetiyani: Butuh SDM yang Paham Dunia Kesehatan

Sebab, sosok Rizal Ramli selalu mempunyai sebuah analisa dan kritik yang tajam dalam melihat situasi dan persoalan bangsa.

"Oleh sebagian kalangan, Bang Rizal Ramli dijuluki sebagai Sang Penerobos karena ide-idenya yang tidak konvensional namun tepat sasaran, dan berpihak pada kepentingan rakyat,” ujar Fadli.

Dalam perbincangan tersebut, Fadli Zon dan Rizal Ramli membicarakan persoalan kondisi ekonomi di tengah resesi dan pandemi Covid-19 yang tidak diketahui pasti sampai kapan berakhirnya.

Baca Juga: Soal Sengketa Tanah Pesantren Habib Rizieq, Ferdinand Hutahaean: Sebaiknya FPI Mengembalikan

Dalam hal tersebut, Bang Rizal sapaan akrab Rizal Ramli, tentunya kembali menyoroti kinerja yang dilakukan oleh Ekonomi Pemerintahan Presiden Jokowi di masa periode kedua ini.

Bang Rizal pun menilai bahwa pencapaian ekonomi di tahun 2020 ini sudah dikatakan jauh dari kata berhasil.

Hal tersebut terjadi lantaran disebabkan oleh sebuah faktor eksternal dari Pemerintahan, yaitu terjadinya sebuah keterpurukan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Baca Juga: Terapkan Pembatasan dan Hanya Siapkan 309 Kursi, Simak Jadwal Ibadah Natal 2020 di Gereja Katedral

Tentunya ada juga faktor internal dari merosotnya ekonomi yang disebabkan oleh jajaran kabinet Indonesia Maju.

Sebab, adanya sebuah kebijakan fisikal yang berada di bawah komando Menteri keuangan  Sri Mulyani yang membuat terjadinya sebuah 'kesemrawutan'.

Kebijakan utang yang dilakukan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menjadi sebuah perhatian bahi Bang Rizal. 

Baca Juga: Said Didu Minta Maaf, Muannas Alaidid Sebut Proses Hukum Kasus 'Gebuk Islam' Harus Tetap Diproses

Hal ini dikarenakan Menteri Keuangan, Sri Mulyani telah membuat sebuah kesepakatan yang mana akan memberikan sebuah keuntungan dengan membuat bunga utang yang tinggi untuk kreditor

"Misalnya, di bank ada kalau mau pinjam kredit (bunga) pinjamannya 15 persen. Para pengusaha datang ajukan kredit, mereka negosiasi jangan 15 persen tapi 12-13 persen," kata Bang Rizal yang dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari tayangan kanal Youtube Fadli Zon Official pada Rabu 23 Desember 2020.

"Tapi ada satu negara yang datang mau bayar bunga 17-18 persen, 2 persen lebih mahal dari pasar selama 10 tahun," sambungnya. 

Baca Juga: Penjagaan Ketat Dilakukan, Misa Natal Gereja Katedral Makassar Dan Denpasar Bali Batasi 500 Jemaat

Hal tersebut tidak bisa dibuat main-main lantaran sebuah bunga yang lebih tinggi itu dapat membuat sebuah ekonomi akan berubah.

Sebab, adanya perbedaan selisih sedikit saja dalam beberapa tahun akan menghasilkan sebuah hasil yang sangat besar.

"Jangan main-main. Perbedaan, selisih bunga 2 persen saja selama 10 tahun. Misalnya kita pinjam 10 dolar, 2 persennya itu tambahan bunganya itu sepertiganya. Siapa yang bayar? Rakyat kita," ujar Bang Rizal.

Baca Juga: Kini Huni Tahanan Polda Metro Jaya, Habib Rizieq Ternyata Tetap Dipantau Polisi

Oleh sebab itu, kebijakan dalam utang piutang dan bunga yang tinggi tidak pernah dilakukan oleh negara lain karena cukup beresiko.

Terlebih lagi, pada negara tetangga seperti Singapura hingga bahkan Jepang dan Tiongkok tidak melakukan kebijakan tersebut.

Sebab, tidak ada di seluruh dunia ini jika Menteri Keuangan Negara tersebut melakukan pinjaman dengan bunga yang mahal. 

Baca Juga: NIK KTP Tidak Terdaftar di eform.bri.co.id? Tetap Bisa Dapat BLT UMKM Rp 2,4 Juta dengan Langkah Ini

"Misalnya menteri keuangan Singapura, Jepang, China kalau pinjam dia tekan semurah mungkin bukan semahal mungkin," ucap Bang Rizal.

Tidak hanya itu saja, bahkan sebuah kebijakan tentang tax holiday dapat membuat penerimaan negara menjadi cekak  bagi sebuah perusahaan-perusahaan besar yang ada.

Pasalnya pada tax ratio atau penerimaan pajak tidak sampai 10 persen saat di awal tahun 2020.

Baca Juga: NIK KTP Tidak Terdaftar di eform.bri.co.id? Tetap Bisa Dapat BLT UMKM Rp 2,4 Juta dengan Langkah Ini

Hal tersebut tentunya sangat berbeda sekali saat Bang Rizal masih menjabat sebagai Menko Ekuin pada saat 20 tahun yang lalu, yang mana pada saat itu dapat merealisasikan hingga 11,5 persen dari GDP

Pencapaian sebelum masa krisis Covid-19 hanya mencapai 10 persen saja, kemungkinan saat pandemi Covid-19 ini tentunya penerimaan pajak akan lebih anjlok menurun dari sebelumnya.

"Bahkan bisa 60-65 persen dari target. Itu yang menjelaskan kita akan kesulitan cash flow. Penerimaan pajak kita anjlok, besar sekali," terang Bang Rizal.

Baca Juga: Banyak Diapresiasi Netizen, Menag Baru Gus Yaqut Ucapkan Selamat Natal bagi Umat Kristiani

"Sri Mulyani hanya berani dengan yang kecil-kecil, dan kedua dia pinjam-pinjam makin susah. Makanya mulai pinjam melalui bilateral," ucapnya.

Oleh karena itu, mantan Menko Kemaritiman itu dapat memprediksikan bahwa ekonomi di Indonesia akan makin sulit di tahun 2021 ini.

Bahkan kesulitan itu akan jauh lebih buruk dari krisis moneter yang pernah melanda pada tahun 1998.

Baca Juga: Jabatan Wali Kota Tidak Boleh Dirangkap Menteri, Gubernur Jatim Tunjuk Wishnu Sakti Buana Jadi Plt

Kemudian Jokowi akan go down bersama dengan kinerja kerja dari Menteri Keuangan Sri Mulyani.

"Makin lama ekonomi makin terjerumus. Jokowi go down bersama dengan kinerja Sri Mulyani dalam kinerja keuangan," pungkas Bang Rizal. ***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: YouTube Fadli Zon Official

Tags

Terkini

Terpopuler