"Kami khawatir Covid-19 akan berkontribusi pada peningkatan jumlah kasus campak dan kematian," kata Gail McGovern, presiden Palang Merah Amerika.
Henrietta Fore, direktur eksekutif UNICEF, menjelaskan bahwa sebelum ada krisis Covid-19, dunia bergulat dengan krisis campak, dan krisis itu belum hilang.
"Sementara sistem kesehatan kesulitan karena pandemi Covid-19, kita tidak boleh membiarkan perjuangan kita melawan satu penyakit mematikan datang dengan mengorbankan perjuangan kita melawan yang lain," katanya.
Baca Juga: Erupsi Merapi Tahun 2020 Bisa Serupa dengan 2006, BPPTKG Yogyakarta: Seismisitas Sudah Melampaui
Campak, yang ditandai dengan ruam merah pada kulit, disebabkan oleh virus yang sangat mudah menular yang menyebar melalui transmisi udara atau kontak langsung.
Sebagian besar kematian disebabkan oleh komplikasi yang terkait dengan penyakit tersebut.
Sebelum vaksinasi dimulai pada tahun 1963 dan menyebar luas, epidemi besar tercatat setiap dua sampai tiga tahun yang dapat menyebabkan sekitar 2,6 juta kematian per tahun, menurut WHO.
Setelah penurunan kasus antara tahun 2000 dan 2016 berkat kampanye vaksinasi intensif, campak telah muncul kembali, terutama karena ketidakpercayaan terhadap vaksin di negara maju.
Baca Juga: Miris, Korea Utara Buat Lumba-lumba Jadi Hewan Militer Khusus di Angkatan Laut
Seth Berkley, kepala eksekutif Gavi, Vaccine Alliance, menyebut jumlah kasus campak pada 2019 mengkhawatirkan.