Media Wuhan Menguak Bukti Baru yang Sebut Tiongkok Tutupi Virus Corona Sebelum Melaporkan pada WHO

- 7 Juni 2020, 12:15 WIB
ILUSRASI virus corona.*
ILUSRASI virus corona.* /PIXABAY/

PR CIREBON - Sebuah bukti baru yang mengejutkan muncul dari Tiongkok terkait wabah pandemi global Covid-18, ditemukan dalam sebuah laporan media yang disensor dari Wuhan.

Sampel diambil dari pasien sakit dan dianalisis oleh 5 laboratorium yang telah mengkonfirmasi adanya virus corona jenis baru yang menyerang sistem pernapasan sebelum Tiongkok melaporkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai penyakit menular itu.

Berdasarkan laporan tersebut, terungkap bahwa satu tim menemukan sebuah virus yang jelas menular.

Baca Juga: Akan Ikuti Jejak Trump, Bolsonaro Ancam Menarik Keluar Brasil dari Keanggotaan WHO

Sementara itu, tim yang lain telah meguraikan komposisi genetiknya yang penting untuk mengembangkan tes diagnostik dan vaksin yang cocok untuk penyakit aneh itu.

Namun, butuh 10 hari lagi bagi para pejabat untuk mengakui ada virus corona jenis baru dan 3 minggu sebelum Beijing mengkonfirmasi penyakit itu pada 20 Januari 2020 lalu dapat ditularkan dari manusia.

"Tiongkok tahu virus baru itu sudah ada pada Desember lalu tetapi gagal memberi informasi kepada publik atau berbagi dengan komunitas international," ujar seorang aktivis pro-demokrasi, Lianchao Han, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Daily Mail.

Baca Juga: Acungkan Pistol dan Mengancam Polisi, Pelaku Curanmor Ditembak

Lianchao Han mengatakan sikap tidak bertanggung jawab Tiongkok mungkin saja telah memperburuk pandemi sampai tersebar di seluruh penjuru dunia.

Pengungkapannya itu terkandung dalam sebuah penyelidikan panjang oleh media bernama Caixin, yang merupakan sebuah kelompok media independen.

Laporan dengan bahasa Mandari itu kini telah dihapus secara daring. Meskipun begitu, masih ada laporan berbahasa Inggris yang lebih singkat namun tidak memiliki detail utama dari yang diungkapkan.

Baca Juga: Indonesia Duduki Urutan ke-34 Kasus Covid-19 Dunia, Laporan Harian Sabtu 6 Juni Pecah Rekor

 

Laporan tersebut menunjukkan bahwa sebelum tanggal 31 Desember 2019 dan saat Tiongkok memberitahu WHO mengenai penyakit mirip pneumonia yang misterius dari 9 sampel yang dikirim ke laboratorium di seluruh negeri. 

Sampe dari seorang pria berusia 65 tahun diketahui telah dibawa ke rumah sakit pada tanggal 18 Desember 2019, pergi ke pusat diagnostik yang dijalankan oleh perusahaan genomik di Guangzhou, Tiongkok Selatan.

Firma itu sangat prihatin dengan temuannya sehingga menelepon rumah sakit Wuhan pada 27 Desember 2019 untuk menyembunyikan kabar tersebut, kemudian mengirimkan salah satu staf senior menuju kota.

"Mereka baru saja menelepon kami dan mengatakan bahwa itu adalah virus corona yang baru," ujar seorang dokter.

Baca Juga: Berkeras Buka Kembali Ekonomi Negara, Pesta Pernikahan di Iran Justru Picu Lonjakan Kasus Covid-19

Caixin juga menemukan sebuah postingan media sosial seorang peneliti di sebuah perusahaan swasta di Guangzhou yang mengatakan mereka langsung menyadari bahwa patogen itu menyerupai virus corona SARS yang ditularkan kelelawar dan memicu epidemi pada tahun 2003 silam.

Tak hanya itu, ia juga mengatakan bahwa laboratorium telah mengumpulkan urutan genom virus yag hampir lengkap pada 27 Desember 2019 lalu dan meneruskan data ke Akademi Ilmu Kedokteran Tiongkok.

Sementara itu, laboratorium medis lain yang menguji sampel pasien di Wuhan memperingatkan 'virus ditularkan melalui transmisi tetesan jarak dekat atau kontak dengan sekresi pernapasan pasien', dan itu 'jelas menular'.

Baca Juga: Indonesia Duduki Urutan ke-34 Kasus Covid-19 Dunia, Laporan Harian Sabtu 6 Juni Pecah Rekor

Lalu, perusahaan ketiga yang menguji sampel menyelesaikan sekuensing gen pada 29 Desember 2019 lalu, yang menunjukkan kemiripan tinggi dengan SARS, meskipun pengujian mengkonfirmasi itu adalah penyakit yang berbeda.

MoS melaporkan dua bulan lalu bahwa Shi Zhengli, ilmuwan yang dikenal sebagai Wanita Kelelawar melakukan ekspedisi berburu sampelnya di gua-gua, diberangus setelah menyelesaikan pengurutan gen pada 2 Januari 2020 di Institut Virologi Wuhan.

"Kami juga mengungkapkan direktur institut menyampaikan peringatan dari Komisi Kesehatan Nasional untuk tidak mempublikasikan tes atau data," ujarnya.

Baca Juga: Akibat Indonesia akan Tarik Pajak Digital, Donald Trump Ancam Lakukan Investigasi Pajak RI

Caixin membenarkan ada perintah yang melarang publikasi informasi tentang 'hasil pengujian patogen atau kegiatan eksperimental' tanpa persetujuan resmi dari yang bersangkutan dan pemerintah.

Delapan hari kemudian, urutan diterbitkan pada platform akses terbuka atas nama profesor Shanghai. Namun kemudian laboratoriumnya ditutup dengan alasan untuk 'perbaikan'.

Pejabat Tiongkok kemudian merilis gen namun tidak mengakui adanya penularan dari manusia hingga tanggal 20 Januari 2020.

Baca Juga: Menteri asal Madagaskar Dipecat usai Berniat Habiskan Rp28 M untuk Permen Pereda Pahit Obat Corona

Caixin menemukan urutan awal yang dikumpulkan pada 24 Desember 2019 dan itu cocok dangen tangkapan layar dalam sebuah unggahan media sosial milik seorang profesor.

Rekaman pembicaraan WHO yang baru-baru ini bocor ke publik juga mengungkapkan kekecewaan atas kegagalan Tiongkok untuk memberikan informasi data lebih awal, bahkan saat organisasi itu telah memuji mereka di depan umum.

Salah satu studi bahkan menemukan bahwa jika Tiongkok bertindak tiga minggu lebih cepat, maka penyebaran dan pandemi global yang kini tengah mewabah dapat berkurang hingga 95 persen di seluruh dunia.***

Editor: Gugum Rachmat Gumilar

Sumber: Daily Mail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x