I always treated the Chinese Virus very seriously, and have done a very good job from the beginning, including my very early decision to close the “borders” from China - against the wishes of almost all. Many lives were saved. The Fake News new narrative is disgraceful & false!— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) March 18, 2020
"Saya selalu memperlakukan Virus China dengan sangat serius, dan telah melakukan pekerjaan yang sangat baik sejak awal, termasuk keputusan saya yang sangat awal untuk menutup "perbatasan" dari China melawan keinginan hampir semua orang. Banyak nyawa terselamatkan. Narasi berita palsu itu memalukan & salah!," tulis Trump dalam akun Twitter-nya.
Baca Juga: Siapkan Anggaran hingga Rp 48 Miliar, Bukti Pemprov Jabar Fokus Tangani Wabah Corona
Wali Kota San Francisco London Breed mengatakan, rujukan berulang presiden terhadap virus yang menyebabkan Covid-19 sebagai "virus Cina" adalah "ofensif dan kontraproduktif".
"Tidak pernah ada alasan untuk xenophobia. Virus corona adalah pandemi global yang mempengaruhi kita semua, dan itu mengharuskan kita semua untuk mendengarkan pakar kesehatan masyarakat dan merespons bersama.
"Itulah yang kami lakukan di San Francisco, dan itulah yang kami butuhkan untuk dilakukan juga oleh para pemimpin federal kami," kata Breed dalam sebuah pernyataan.
Kurt Bardella, seorang kontributor NBC News mencatat, banyak orang lain membuat karakterisasi yang sama ketika virus pertama kali muncul dalam pemberitaan, tetapi mereka telah berhenti karena mereka menyadari akan adanya potensi tak baik yang dapat ditimbulkannya. Namun Trump belum berhenti.
Dikatakan Bardella, Donald Trump memusuhi Tiongkok pada saat negara tersebut dihadapkan dalam situasi terburuk. Padahal, seharusnya Amerika Serikat perlu belajar dari dokter dan pejabat Tiongkok dalam memerangi virus mematikan tersebut.
Baca Juga: Kembangkan Peta Sebaran Covid-19, Tim Ahli UI Harapkan Manfaat bagi Pemerintah dan Masyarakat
Ia menambahkan, seharusnya presiden Amerika Serikat bertindak sebagai tokoh pemersatu, bukan malah menjadi penabur benih xenophobia yang merusak.***