Seorang lainnya menyemprotkan cat di halte bus, membidik tentara berpangkat tinggi yang katanya dieksploitasi oleh para jenderal kleptokratis.
“Jangan membunuh orang hanya untuk gaji kecil serendah harga makanan anjing,” katanya.
Kemarahan telah melanda Myanmar dalam dua bulan terakhir, karena kembalinya pemerintah militer dan berakhirnya era singkat reformasi demokrasi dan ekonomi.
Selain itu, mengintegrasi internasional yang tidak ada di bawah kekuasaan militer yang menindas pada 1962-2011.
Baca Juga: Prediksi BMKG: Siklon Tropis Seroja di NTT Akan Terjadi Hingga 7 April 2021
Beberapa pengunjuk rasa menyebut gerakan mereka sebagai "revolusi musim semi", yang ditandai dengan pawai jalanan.
Juga melakukan tindakan unik pemberontakan tanpa kekerasan dan kampanye pembangkangan sipil, yang bertujuan melumpuhkan aparat pemerintahan.***