Protes atas Ratusan 'Martir' yang Tewas, Pengunjuk Rasa di Myanmar Semprotkan Cat Merah

- 6 April 2021, 18:15 WIB
Para pengunjuk rasa yang menentang junta militer Myanmar menyemprotkan cat merah di jalanan, menandai ematian ratusan
Para pengunjuk rasa yang menentang junta militer Myanmar menyemprotkan cat merah di jalanan, menandai ematian ratusan /Dawei Watch/via Reuters

PR CIREBON - Para pengunjuk rasa yang menentang junta militer Myanmar menyemprotkan cat merah di jalan-jalan kota besar pada Selasa, 6 April 2021.

Aksi tersebut untuk menandai kematian ratusan "martir" yang dibunuh oleh pasukan, karena krisis berlanjut tanpa solusi diplomatik yang jelas terlihat.

Sekitar 570 orang telah terbunuh selama hampir dua bulan kerusuhan sejak kudeta militer di Myanmar pada 1 Februari.

Baca Juga: Sebut Jokowi Tidak Peka karena Hadiri Pernikahan, Akhmad Sahal: Akun Setneg Juga Ngawur

Dilaporkan, pasukan keamanan telah menangkap hampir 3.500 orang, dengan sekitar empat perlima dari mereka masih ditahan.

Demonstran bangun pagi-pagi di Yangon untuk menyemprot dan memercik trotoar, jalan, dan halte bus dengan cat merah sebagai protes.

Atas tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan yang telah menyebabkan kemarahan internasional selama berminggu-minggu.

"Darahnya belum kering," kata salah satu pesan dengan cat merah, dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.

Baca Juga: Simak Riwayat Hidup Umbu Landu Paranggi, Penyair yang Diberi Julukan 'Presiden Malioboro'

Seorang lainnya menyemprotkan cat di halte bus, membidik tentara berpangkat tinggi yang katanya dieksploitasi oleh para jenderal kleptokratis.

“Jangan membunuh orang hanya untuk gaji kecil serendah harga makanan anjing,” katanya.

Kemarahan telah melanda Myanmar dalam dua bulan terakhir, karena kembalinya pemerintah militer dan berakhirnya era singkat reformasi demokrasi dan ekonomi.

Selain itu, mengintegrasi internasional yang tidak ada di bawah kekuasaan militer yang menindas pada 1962-2011.

Baca Juga: Prediksi BMKG: Siklon Tropis Seroja di NTT Akan Terjadi Hingga 7 April 2021

Beberapa pengunjuk rasa menyebut gerakan mereka sebagai "revolusi musim semi", yang ditandai dengan pawai jalanan.

Juga melakukan tindakan unik pemberontakan tanpa kekerasan dan kampanye pembangkangan sipil, yang bertujuan melumpuhkan aparat pemerintahan.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah