AAPP Sebut Pasukan Keamanan Myanmar Telah Membunuh Sekitar 320 Orang dalam Menghentikan Protes Kudeta

- 26 Maret 2021, 11:35 WIB
Pengunjuk rasa anti-kudeta berdiri di barikade saat mereka bentrok dengan pasukan keamanan di Jembatan Bayint Naung di Mayangone, Yangon, Myanmar pada 16 Maret 2021.*
Pengunjuk rasa anti-kudeta berdiri di barikade saat mereka bentrok dengan pasukan keamanan di Jembatan Bayint Naung di Mayangone, Yangon, Myanmar pada 16 Maret 2021.* /Reuters/Stringer

PR CIREBON – Pasukan keamanan Myanmar disebut telah membunuh lebih dari 300 orang dalam upaya untuk menghentikan protes terhadap kudeta 1 Februari.

Menurut data dari kelompok advokasi dan media lokal Myanmar, hampir 90 persen korban ditembak mati dan seperempat dari mereka ditembak di kepala.

Seorang juru bicara junta mengatakan 164 pengunjuk rasa dan sembilan anggota pasukan keamanan Myanmar telah tewas pada Selasa 16 Maret 2021 lalu.

Baca Juga: Jadwal Puasa Ayyamul Bidh, Lengkap dengan Bacaan Niat dan Keutamaan Faedahnya

Pembunuhan itu menimbulkan kemarahan dan memicu beberapa sanksi dari negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat.

Penggunaan kekuatan mematikan terhadap warga sipil juga telah dikecam oleh beberapa negara tetangga di Asia Tenggara.

Sebagaimana dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters, Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) mencatat telah ada 320 kematian per Kamis 25 Maret 2021.

Baca Juga: Berbagi Cerita Bertemu Bocah di Warung Pecel Lele, Anies Baswedan: Kota Ini Penuh dengan Orang Tangguh

Data menunjukkan setidaknya 25 persen dari mereka yang tewas akibat tembakan di kepala.

Hal tersebut menimbulkan kecurigaan bahwa warga sengaja menjadi sasaran pembunuhan.

"Semuanya menunjuk pada pasukan yang mengadopsi taktik tembak-menembak untuk menekan protes," kata Amnesty International awal bulan ini.

Baca Juga: Akibat Tak Dapat Nahan Rasa Ngantuk, Seorang Pencuri Malah Tertidur Lelap di Rumah yang Ingin Dicurinya

Junta membantah menggunakan kekerasan yang berlebihan.

Lebih lanjut, pihaknya mengatakan bahwa tindakannya telah memenuhi norma internasional dalam menghadapi situasi yang dikatakannya sebagai ancaman bagi keamanan nasional.

Hampir 90 persen korban tewas adalah laki-laki. Sekitar 36 persen berusia 24 tahun ke bawah.

Baca Juga: Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil Penasaran pada Sinetron Ikatan Cinta: Saya Belum Pernah Nonton, Seru Kah?

Korban termuda, Khin Myo Chit yang berusia tujuh tahun, ditembak mati di kota kedua Mandalay pada hari Selasa.

Ia berada di rumahnya bersama ayahnya ketika dia dibunuh.

Win Kyi, 78, adalah orang tertua yang tercatat tewas dan termasuk di antara sekitar 50 orang yang tewas di distrik Hlaing Thayar Yangon pada 14 Maret, hari paling berdarah dalam protes Myanmar.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah