PR CIREBON – Sejak zaman kolonial, Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan komoditas kopinya, tidak terkecuali dengan kopi luwak.
Kopi luwak merupakan kopi yang diolah dari biji kopi pilihan yang telah melewati rangkaian proses fermentasi alami dalam sistem pencernaan binatang luwak (Musang).
Sebelum menjadi kopi termahal di dunia, pada awalnya kopi luwak merupakan kopinya para buruh tani. Buruh tani dalam konteks ini adalah buruh yang diupah oleh majikannya dan dilarang mengambil hasil panen dari perkebunan.
Pada zaman kolonial Belanda, ironisnya, para petani tidak boleh mengambil hasil panen dari perkebunan, khususnya petani kopi.
“Sekitar abad ke-19 di Jawa Tengah, buruh tani menemukan feses atau kotoran binatang luwak di sekitaran perkebunan kopi. Fesesnya itu berupa biji kopi yang masih berkulit tanduk dengan kondisi sudah kering,” tulis Edy Panggabean dalam bukunya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari buku “Mengeruk Untung dari Bisnis Kopi Luwak”.
Kemudian buruh tani membawa kumpulan feses tersebut untuk diolah dan diseduh layaknya meminum kopi. Ternyata buruh tani tersebut dibuat kaget, karena kopi yang ia seduh memiliki rasa dan aroma lebih enak dibandingkan dengan kopi biasa.
Sejak saat itu, beberapa buruh tani secara diam-diam menikmati kopi luwak. Hingga akhirnya pengusaha perkebunan mengetahui adanya kopi nikmat dari feses luwak.