Dalam karya yang tidak dipublikasikan, para peneliti dapat menunjukkan bahwa beberapa senyawa ini menunjukkan potensi luar biasa terhadap seluruh virus dalam percobaan in vitro.
Dua di antaranya adalah Darapladib, digunakan untuk pengobatan aterosklerosis, dan Flumatinib, digunakan untuk pengobatan kanker darah tertentu.
Baca Juga: Sampaikan Terima Kasih pada Orang yang Cover Lagu Denting, Melly Goeslaw: Berdampak Rezeki Besar
Arkin mengatakan dia ragu untuk membagikan nama obat apa pun, menambahkan bahwa dia tidak dapat merekomendasikannya sampai mereka menjalani uji klinis yang tepat.
Tim berfokus pada penggunaan kembali obat yang berpotensi mempercepat langkah regulasi di masa depan.
Karena obat-obatan tersebut sudah digunakan untuk indikasi lain, toksisitas dan efek sampingnya, misalnya, diketahui dan disetujui.
Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan, 23 Juli 2021: Scorpio Dapat Manfaat dan Sagitarius Kontroversial
Cara kerja obat tersebut adalah dengan menghambat dua target dalam virus: protein E (amplop) dan protein 3a.
Protein E adalah protein virus yang paling terkonservasi. Misalnya, sementara protein lonjakan SARS-CoV-2 dan SARS-CoV-1 (virus 2003) hanya sekitar 75% identik, protein E mereka kira-kira 95% sama.
Ini berarti obat-obatan tersebut kemungkinan akan tetap efektif bahkan ketika virus bermutasi, kata Arkin.