Benarkah Beralih ke Pola Makan Vegan Dapat Membantu Atasi Perubahan Iklim?

- 27 April 2021, 11:15 WIB
Sebuah penelitian mengungkapkan jika mengubah gaya hidup atau pola makan menjadi vegan dapat membantu mengatasi perubahan iklim.*
Sebuah penelitian mengungkapkan jika mengubah gaya hidup atau pola makan menjadi vegan dapat membantu mengatasi perubahan iklim.* //PIXABAY/silviarita

PR CIREBON - Sekretaris bisnis Inggris Kwasi Kwarteng, sedang mempertimbangkan pola makan vegan untuk membantu mengatasi perubahan iklim.

Ia mengatakan bahwa orang-orang perlu melakukan perubahan gaya hidup, jika pemerintah ingin memenuhi target emisi baru penurunan 78% pada tahun 2035.

Tetapi, seberapa besar perbedaannya jika setiap orang beralih ke pola makan vegan?

Baca Juga: Sel Penjara di Israel Disebut Tidak Manusiawi, Dinilai Telah Melanggar Konvensi Internasional

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Guardian, para ahli mengatakan bahwa mengubah cara kita makan sangat diperlukan demi masa depan bumi.

Tetapi, di samping itu, perlu kebijakan pemerintah, jika serius ingin mengubah pola makan.

Setidaknya, mereka juga perlu memberikan bahan pangan lainnya, ujar para ilmuwan dan penulis.

Baca Juga: Demi Situs Suci, Putra Mahkota Saudi Dikabarkan Dukung Rencana Israel untuk Gulingkan Raja Yordania

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa memilih vegetarian hanya akan mengurangi emisi gas rumah kaca per orang sebesar 3%. Lainnya menunjukkan pengurangan emisi per orang sebesar 20-30%.

“Dampak sistem pertanian pada penyerapan karbon, pengasaman tanah, kualitas air, dan jasa ekosistem yang lebih luas juga perlu dipertimbangkan dengan baik,” kata pemimpin tim pemodelan sistem di Institut Pertanian Tasmania Matthew Harrison.

Selain itu, ia menjelaskan bahwa terdapat kebutuhan untuk memperhitungkan sistem pertanian yang dapat menggantikan ternak.

Baca Juga: Tiba-Tiba Nagita Slavina Menangis Lihat Rafathar dan Gempi, Gisel: Nanti Ada yang Kecil Lagi

Penulis dan juru kampanye lingkungan George Monbiot mengatakan bahwa jumlah dampak menjadi vegan berbeda karena apa yang diukur oleh para ilmuwan.

Monbiot mengatakan tentang apa yang kita makan adalah sebuah masalah besar, di samping kebiasaan transportasi kita.

Kemudian, Monbiot menambahkan bahwa akan lebih mudah dilakukan jika pemerintah bertindak untuk mengubah sistem pangan.

Baca Juga: Kronologi Ditemukannya Kapal Selam KRI Nanggala 402 hingga Rencana Evakuasi oleh ISMERLO

Pada tahun 2018, para ilmuwan di balik analisis paling komprehensif hingga saat ini, tentang kerusakan pertanian di Bumi, menemukan bahwa menghindari daging dan produk susu adalah satu-satunya cara terbesar untuk mengurangi dampak lingkungan.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tanpa konsumsi daging dan susu, penggunaan lahan pertanian global dapat dikurangi lebih dari 75%.

Lebih detail penelitian tersebut menyebutkan area yang setara dengan gabungan AS, China, Uni Eropa, dan Australia, disebut masih 'memberi makan dunia'.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Pelantikan Sahrul Gunawan hingga The Penthouse Season 3 Mulai Proses Syuting

“Ada banyak sektor berbeda yang berdampak pada emisi dan sistem pangan pasti salah satu yang paling penting karena secara global bertanggung jawab atas sekitar sepertiga dari semua emisi gas rumah kaca,” ujar peneliti senior bidang lingkungan Dr Marco Springmann.

Dia menambahkan, sebagian besar emisi disebabkan oleh makanan seperti daging sapi dan produk susu, yang berarti bahwa tanpa mengubah emisi yang terkait dengan produk tersebut, sulit untuk membuat kemajuan.

Dia mengatakan, tidak ada solusi teknis yang baik untuk fakta bahwa 'sapi mengeluarkan emisi metana'.

Baca Juga: Doa Hari ke-15 Puasa Ramadhan: Agar Dilancarkan Bertobat dan Tetap Membumi

Frank Mitloehner, profesor dan spesialis penyuluhan kualitas udara di University of California dan Davis, mengatakan akan memberikan tanggung jawab pada individu adalah gangguan dari perubahan kebijakan yang diperlukan.

Dia mengatakan, literatur menyarankan untuk menjadi vegan selama dua tahun memiliki dampak penghematan yang sama seperti yang dihasilkan oleh satu penerbangan Eropa ke AS.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah