Akibatnya, masyarakat yang memiliki gejala kehilangan pendengaran akan sulit untuk menerima pertolongan.
Baca Juga: Bantah Dibayar untuk Menakut-nakuti Masyarakat dengan Covid-19, Uya Kuya: Duit Gue Udah Banyak Bro
Namun, yang paling memprihatinkan adalah rendahnya angka SDM yang bisa menangani kehilangan pendengaran.
Menurut data yang dirilis WHO, beberapa negara berpenghasilan rendah memiliki kurang dari 78 persen spesialis THT per satu juta penduduknya.
Lalu, kurang dari 93 persen audiolog; kurang dari 17 persen ahli terapi wicara, dan kurang dari 50 persen guru untuk tuna rungu.
Baca Juga: Ingin Buktikan Ilmu Tenaga Dalam, Deddy Corbuzier Akan Beri Rp30 Juta Bagi yang Bisa Membuktikannya
Bahkan di negara yang berpenghasilan tinggi pun terjadi distribusi ahli pendengaran yang tidak merata.
Hal ini membuat masyarakat yang berada di daerah berpenduduk sedikit akan sulit memperoleh perawatan pendengaran.
Dalam laporan juga disebutkan mengenai cara mencegah gangguan pendengaran sejak dini.
Baca Juga: Terawang Arya Saloka, Mbak You Peringatkan Agar Jaga Kesehatan: Bila Tidak, akan Terjadi Ancaman