Lebih Berbahaya Karhutla saat Pandemi, Pengamat: Tingkatkan Kematian Pasien Positif Covid-19

30 Agustus 2020, 11:15 WIB
Asap mengepul akibat kebakaran lahan, di Kerinci, Jambi, Sabtu 8 Agustus 2020. Gubernur Jambi Fachrori Umar menyebutkan sebanyak 258 desa di sejumlah kabupaten di provinsi itu berstatus daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). /WAHDI SEPTIAWAN/ANTARA FOTO

PR CIREBON - Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono menyebutkan asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kembali menyerang Indonesia jauh lebih berbahaya saat pandemi Covid-19.

Pasalnya, ini justru makin meningkatkan indeks nitrogen dioksida (NO2) yang lebih berbahaya bagi pasien Covid-19 yang mengidap tuberkulosis.

Hal ini diungkapkan Pandu dalam diskusi Editor Meeting The Society for Indonesian Enviromental Journalists (SIEJ) yang membahas Ancaman Karhutla di Masa Pandemi Covid-19 di Jakarta pada Sabtu, 29 Agustus 2020 kemarin.

Baca Juga: AHY Sebut Dinasti Politik Harus Hati-hati karena Penentuan Kemenangan Ada Di Tangan Masyarakat

Dengan gamblang, ia menyatakan karhutla sangat berdampak pada kesehatan masyarakat, apalagi akan menyebabkan peningkatan kejadian penyakit paru atau tuberkulosis.

Bahkan, efek jangka pendek dari eksposur polusi udara akibat karhutla yang terjadi Pekanbaru, Riau, juga meningkatkan risiko tuberkulosis.

Alasannya, ada peningkatan indeks NO2 yang lebih berisiko dari partikel berukuran lebih kecil dari 10 mikron (PM10) dan Sulfur dioksida (SO2).

Lebih dari itu, masyarakat di daerah yang rawan terjadi karhutla saat pandemi Covid-19, mungkin bisa jauh lebih banyak mengalami gangguan fungsi paru dan bisa menaikkan angka kematian.

Baca Juga: PDIP Punya Rekomendasi Paslon Surabaya kok Belum Diumumkan, Megawati Galau Tunjuk Pengganti Risma ?

Sedangkan Pandemi sendiri, diperkirakan Pandu akan berlangsung bisa sampai 2022, artinya risiko terinfeksi dan kemungkinan peningkatan mortalitas masih banyak, ditambah lagi karhutla.

"Jadi harus dicegah. Karhutla tidak boleh terjadi dan penularan juga harus ditiadakan," jelas Pandu, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.

Untuk itu, Pandu mengatakan masyarakat harus bersiapa tidak akan bisa kembali ke situasi Indonesia seperti sebelum pandemi.

"Kita akan menuju Indonesia yang berbeda," tegas Pandu.

Baca Juga: Sindir Kebijakan Ganja Mentan Syahrul, Demokrat: Biasa Bersikap Mencla Mencle, Pak?

Sementara itu, menjalani hidup saat masa pandemi menjadi lebih berisiko, tetapi faktanya kampanye penggunaan masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak minimal satu meter (3M), tidak nampak kuat.

Padahal, penggunaan masker menjadi cara paling murah dan efektif menurunkan risiko penularan Covid-19 di masyarakat.

Dengan demikian, ia mengakhiri pernyataan dengan menyarankan masyarakat harus sadar untuk selalu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak minimal satu meter dengan orang lain.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Tags

Terkini

Terpopuler