Kajian Ramadhan: Kisah Umar bin Khatab, Sabda Rasul SAW jadi Obat Hadapi Wabah Mematikan

29 April 2020, 03:00 WIB
ILUSTRASI wabah Tha'un Amwas (penyakit mematikan di Amwas, Syam), menelan korban hingga lebih dari 25 ribu orang dan menewaskan dua pemimpin negeri Syam secara bergantian. //*Islam.org

PIKIRAN RAKYAT - Wabah penyakit mematikan seperti virus corona yang menelan korban jiwa hingga lebih dari 200 ribu orang, pernah terjadi juga di masa Khulafaur Rasyidin Umar bin Khatab.

Tepatnya pada bulan Rabiul Awwal tahun 17 atau 18 hijriyah, sosok sahabat Nabi Muhammad SAW yang gagah dan berani itu, pernah berdebat dengan Abu Ubaidah, Gubernur Syam soal wabah penyakit mematikan.

Baca Juga: Peningkatan Covid-19 Masih Terjadi di Bekasi, Ridwan Kamil Perpanjang PSBB Bodebek

Bermula saat Abu Ubaidah memberitahu Umar bahwa wilayah Syam tengah dilanda wabah Tha'un Amwas (penyakit mematikan di Amwas, red). Sang Amirul Mukminin yang berencana hendak pergi kesana mengurungkan niatnya dan meminta pasukan untuk singgah dulu di wilayah Saragh.

Wabah Tha'un Amwas adalah wabah yang paling mematikan di negeri Syam, banyak disebut wabah ini lebih mengerikan dibanding virus corona, menelan korban jiwa lebih dari 25 ribu orang, bahkan menewaskan gubernur Syam secara bergantian ketika itu.

Baca Juga: TXT Umumkan Comeback dengan Album Bertajuk The Dream Chapter: Eternity

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari akun Youtube Khalid Basalaman Official dengan tajuk 'Kisah Wabah di massa Umar bin Khatab', dikatakan saat itu Umar tengah kebingungan ke arah mana ia hendak membawa pasukannya itu.

Ketika tempat yang hendak dikunjunginya tengah dilanda wabah penyakit mematikan. Dan ia baru mengetahuinnya saat sampai di wilayah sebrang yang berjarak sungguh dekat dengan tempat wabah mematikan itu menyerang.

Baca Juga: Positif Tertular Covid-19, Wali Kota Palangka Raya Digolongkan Pasien Tanpa Gejala

Tak disebutkan secara jelas, dalam misi apa Umar bin Khatab mendatangi wilayah Syam itu, ada sumber yang menyebut untuk melawan bangsa Romawi yang saat itu menentang Islam, sedangkan sumber lain mengungkap, dalam misi kunjungan, usai negeri Syam bergabung dengan kekuasaan Islam.

Kemudian, Abdullah Ibnu Abbas seperti yang diriwayatkan dalam hadist Abdurahman bin Auf menceritakan bahwa ketika itu Umar memninta dipanggilkan beberapa Muhajirin sepuh, untuk berdiskusi mengenai kebingungannya itu.

Baca Juga: Putus Mata Rantai Covid-19, Kota Cirebon Terus Lakukan Pendataan Warga Pendatang

Pasalnya Umar tidak dapat memutuskan secara sepihak terkait nasib ribuan pasukan yang ia bawa menuju ke negeri Syam. Diketahui Umar bin Khatab adalah sosok pemimpin yang paling bijaksana dalam memutuskan sebuah perkara yang berkaitan dengan kepentingan umat.

Musyarawah yang dilakukan dengan para sesepuh Muhajirin itu berujung perdebatan, yang terjadi antara tokoh senior Muhajirin dan Umar bin Khatab.

Baca Juga: Cek Fakta: 150 Remaja Selandia Baru Dikabarkan Masuk Islam, Berikut Faktanya

Ada yang menyaranakan agar Umar tetap melanjutkan perjalanan ke Syam, namun tak sedikit yang meminta Singa Padang Pasir itu kembali ke Madinah untuk menghindari wabah.

Abu Ubaidah bin Jarrah dan Muad bin Jabbar berkata: "Kau hendak melawan takdir Allah swt wahai Umar, masuklah saja ke negeri Syam dan tawakallah pada Allah swt, serahkan semuanya pada Sang Pencipta," terang Ustaz Khalid Basalamah.

Baca Juga: Stok Darah di Kota Cirebon Menurun, Petugas Berlakukan Donor Tukar

Ummar bin Khatab menjawab: "Tak aku sangka wahai Abu Ubaidah, perkataan itu keluar dari mulut orang sepertimu, seharusnya engkau yang pintar dan berakal tak berucap seperti demikian," terang Ustaz Khalid Basalamah, sembari menambahkan bahwa saat itu Umar begitu khawatir dengan pasukan yang ia bawa.

Tak ada titik temu, pertemuan bertajuk diskusi itu dibubarkan. Namun Umar belum menyerah, kemudian ia meminta Ibnu Abbas untuk memanggil orang-orang Anshar. Terulang kembali, tak ada titik temu, perdebatan kembali menyeruak dalam diskusi tersebut dan Umar belum mendapat solusi terbaik.

Baca Juga: Faktor Kemanusiaan di Tengah Pandemi, BLT Dana Desa Siap Sasar Warga yang Belum Miliki NIK

Di tengah kebingunganya itu, Umar bin Khatab terus berdoa, meminta petunjuk dari Allah swt, sembari memohon ampunan karena mungkin saja benar apa yang dikatakan sesepuh Muhajirin, bahwa Umar yang tengah meragukan kepergiannya adalah respon penolakan terhadap takdir yang telah digariskan Allah swt.

Hingga suatu ketika, pemimpin yang terkenal akan kecerdasan dan ketangkasannya dalam memutuskan sebuah perkara, berusaha meyakinkan Abu Ubaidah, bahwa ia hendak kembali ke Madinah agar semua pasukannya dapat selamat dari wabah itu.

Baca Juga: Faktor Kemanusiaan di Tengah Pandemi, BLT Dana Desa Siap Sasar Warga yang Belum Miliki NIK

Meski Abu Ubaidah tak langsung menerima keputusan itu, bahkan ia marah dengan Umar karena telah melawan takdir Allah swt untuk berkunjung ke daerah yang dipimpinnya, namun Umar terus berusaha meyakinkan.

Hingga, datanglah Abdurrahman bin Auf menjelaskan bahwa apa yang akan dilakukan Umar, itu adalah pilihan paling tepat, karena persis dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

"Apabila kalian mendengar ada suatu wabah di suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya. Sebaliknya kalau wabah tersebut berjangkit di suatu daerah sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian keluar melarikan diri darinya," terang Ustaz Khalid Basalamah.

Baca Juga: Sejak Pandemi Covid-19, Petugas PMI Kota Cirebon Sudah Semprotkan 5.340 Liter Disinfektan

Umar bin Khatab kemudian meminta Abu Ubaidah meninggalkan negeri Syam dan jangan kembali kesana sampai wabah itu mereda. Namun Abu Ubaidah menolak dan tetap tinggal di Syam, tak berselang lama ia terkena wabah dan meninggal dunia.

Tak hanya Abu Ubaidah, bahkan Muaz bin Jabbal yang menggantikan Abu Ubaidah sebagai Gubenur Syam juga meninggak dunia terkan wabah.

Wabah penyakit di Syam baru mereda setelah Amir bin Ash menjabat gubernur. Ia mencoba menganalisa penyebab munculnya wabah dan kemudian melakukan isolasi, orang yang sakit dipisahkan. Akhirnya wavah penyakit di Syam perlahan-lahan mulai hilang.

 ***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Khalid Basalamah Official

Tags

Terkini

Terpopuler