PR CIREBON - Pernikahan dini di Indonesia sejak beberapa dekade ini berusaha ditekan oleh pemerintah.
Disebutkan bahwa Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa) menganggap pernikahan dini atau pernikahan usia anak sebagai bentuk pelanggaran.
Pelanggaran tersebut disebut berkaitan dengan hak dari sang anak.
Di sisi lain, pernikahan dini juga memiliki beberapa dampak negatif dan risiko yang bisa dialami anak yang menjalaninya.
Sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Instagram @indonesiabaik.id pada 13 Juni 2021, pernikahan dini atau dalam usia anak harus dicegah.
Itu karena pernikahan dini memiliki banyak dampak negatif bagi si anak.
Baca Juga: Sudah Tahu? Ini Dia Sejarah Hari Donor Sedunia, Berikut Tema dan Maknanya
Dampak negatif tersebut tidak hanya fisik dan mental, tetapi banyak risiko yang harus ditanggungnya juga untuk masa depan.
Berikut ini sejumlah dampak negatif yang dapat dialami.
Pendidikan
Pernikahan dini terutama di usia anak bisa berakibat terhadap kelangsungan sekolahnya, dan berakhir dengan putus sekola.
Baca Juga: Ungkap Sang Ayah Terlalu Sibuk Bekerja, Rafathar ke Raffi Ahmad: Papa Selama 7 Hari di Rumah Dulu
Berisiko untuk membatasi kemampuan belajar karena konsentrasi yang terbagi.
Semua itu akan terakumulasi dan menimbulkan peningkatan kemiskinan lintas generasi.
Ekonomi
Ketika usia dini melakukan pernikahan, tanggung jawab untuk menafkahi keluarga akan muncul. Sehingga adanya pekerja di bawah umur.
Baca Juga: Mantan Diplomat Tiongkok Sebut Negaranya Siap Bersaing dengan AS, Berharap Tetap pada Jalur Positif
Hal tersebut menimbulkan pendapatan rendah karena latar belakang pendidikan yang rendah, meningkatnya risiko kemiskinan.
Fisik
Kesehatan fisik juga bisa terganggu akibat dari pernikahan dini, khususnya di posisi yang sudah menjadi ibu.
Tingginya morbiditas dan mortalitas maternal, disamping itu berisiko terganggunya kesehatan reproduksi.
Meningkatnya risiko kanker serviks atau kanker leher rahim.
Sementara dampak yang terjadi pada anak adalah stunting.
Mental
Timbulnya baby blues, depresi, dan ansietas. Ibu yang masih berusia muda atau anak-anak terkadang kesulitan untuk membuat ikatan dengan bayinya.
Hal itu berakibat kepada salahnya pola asuh terhadap anak.
Selain itu, risiko KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) tinggi lantaran belum bisa mengontrol emosi dengan baik.
Timbulnya trauma dan merasa waktu bermainnya sebagai anak-anak diambil.
***