Merusak Estetika dan Etika, Aksi Kocak Nodai Wibawa Tari Barong Ket

- 5 Oktober 2020, 18:50 WIB
Maestro seni Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST, MA,
Maestro seni Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST, MA, /Antara News

PR CIREBON - Tari Barong Ket yang dibawakan dengan aksi-aksi kocak sesungguhnya dapat menodai keagungan dan wibawa dari salah satu tarian Bali yang sarat dengan gerak simbolik itu, , menurut pandangan maestro seni Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST, MA.

"Tari Barong Ket adalah kesenian yang memiliki konsep estetika, norma etika, dan teknik gerak yang khusus dan berbeda dengan tari Bali pada umumnya. Jika ingin berhasil, setiap penari Barong Ket harus memahami ketiga hal tersebut," ujar Prof Dibia saat menjadi narasumber dalam acara seminar bertajuk Penguatan Identifikasi Ikonografi dan Makna Topeng Barong Koleksi Museum Bali di Denpasar, Senin.

Guru besar ISI Denpasar itu mengemukakan secara estetik, Barong Ket adalah sosok khayalan, perwujudan binatang berkaki empat yang memiliki kekuatan magis luar biasa. Karena itu, gerak Barong Ket Bali lebih bersifat simbolik dibandingkan realistik. Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.

Baca Juga: Real Madrid Ambil Alih puncak Klasemen, Simak Daftar Hasil Lengkap La Liga Spanyol

"Namun, sejak sekitar dua dekade yang lalu, beberapa penari Barong Ket mulai mencoba untuk memasukkan gerak-gerak binatang seperti singa yang realistik. Dengan maksud melakukan perubahan, beberapa penari mulai memasukkan gerak-gerak imitatif seperti menggaruk telinga dengan kaki atau menggigit kaki yang gatal," ucapnya.

Belakangan ini muncul tari Barong Ket yang membanyol aksi-aksi kocak sambil mempermainkan bulunya di depan penonton wanita yang cantik, atau menginjak-injak bagian tubuh terlarang dari pembawa payung yang akan mengurangi estetika dan etikanya.

"Meskipun aksi-aksi seperti ini mungkin mampu menarik perhatian penonton, gerak seperti ini bertentangan dengan estetika dan etika Barong Ket Bali, serta akan menodai keagungan dan wibawanya. Hal ini pula yang menyebabkan gerak-gerak akrobatik seperti dalam lion dance dari Tiongkok tidak bisa diterapkan dalam tari Barong Ket Bali," ucapnya.

Baca Juga: Pemerintah Wajibkan Penggunaan Masker, Berikut Tips Hijaber Tampil Modis Bermasker

Sebab itu, penari barong yang baik seharusnya menjauhi aksi-aksi seperti itu. Terlebih jika Barong Ket yang ditarikan merupakan barong sakral, hingga akan ada tuntutan spiritualistiknya.

Sebagai produk budaya, Barong Ket memiliki tatanan etika yang patut diperhatikan oleh para penari barong. Etika ini mencakup cara memasuki barong atau nyaluk, mengusung barong atau nyuwun, dan cara menarikan atau menggerakkan topeng barong atau ngisi.

"Etika ini wajib dipahami oleh para penari barong, terutama ketika menarikan barong sungsungan atau barong sakral. Menjalankan etika seperti ini, yang di dalamnya juga telah tercakup teknik memainkan barong, akan dapat mengangkat derajat sosial dari seorang penari barong, suatu hal yang ikut menentukan keberhasilan seorang penari barong," kata Prof Dibia.

Baca Juga: KABAR BAIK dari Kemenkeu: Memungkinkan, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5 Persen pada 2021

Mantan Ketua STSI Denpasar itu menyoroti seni bebarongan yang semakin menggeliat belakangan ini, bahkan sudah bisa ditarikan anak SD.

"Ini bagi saya kegairahan baru dalam seni barong yang patut disyukuri," ujarnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x